Monday, November 29, 2010

Ramen Boy


Kemarin saya mencobai sebuah restoran ramen yang sudah lama membuat penasaran. Selain karena tulisan 'Sakana' di bagian depannya, tempat ini juga terlihat seperti toko ikan Jepang di anime atau komik-komik Jepang.

Sampai di sana, saya disambut oleh dua meja kayu ukuran super besar. Setiap meja mampu menampung sekitar 10 orang. Tampaknya makan di sini memang harus berbagi meja dengan orang lain. Tidak hanya itu, saya juga disambut mesin pendingin dan ikan-ikan yang tampak segar di dalamnya layaknya sebuah restoran sushi. Ketika saya tidak sengaja menengok ke kanan, rupanya ada ruangan kecil yang rupanya adalah restoran ramennya. Kecil bukan main dan sangat khas Jepang. Itu kesan pertama yang saya dapat ketika menginjakkan kaki di dalamnya. Tapi tenang, kalau memang merasa sempit di dalam, makan di luarpun boleh kok.

Menu yang disajikan di restoran ini cukup beragam tapi tidak membingungkan. Ada menu ramen, soba, cahan, dan bila ingin bisa juga memesan sashimi. Pilihan saya jatuh pada Mabo Ramen yang rupanya adalah semangkuk besar ramen (benar-benar besar, bukan hanya mangkoknya seperti restoran-restoran ramen lain, tapi juga isinya) dengan tahu dan daging cacah yang banyak. Menu tersebut sangat saya rekomendasikan untuk dicoba. Sebagai makanan pendamping saya pilih Cha Siu dan Gyosha. Semua enak dengan porsi yang tidak mengecewakan.

Kurang puas dengan makanan ronde pertama, sayapun lanjut ke ronde berikutnya. Kali ini saya memesan Katsudon, nasi dengan siraman bumbu khas Jepang dan potongan ayam tanpa tulang yang digoreng dengan tepung renyah di atasnya. Uenaaakk!!!

Secara keseluruhan Ramen Boy sangat patut didatangi. Harga yang ditawarkan juga sangat masuk akal mengingat porsinya benar-benar memuaskan.

Catatan:
Makanan lain yang perlu dicoba juga adalah Mabo Tofu. Makanan yang satu ini seperti persis seperti Mabo Ramen, hanya saja tanpa ramen alias mie Jepangnya. Jadi makannya dengan nasi putih. Untuk yang 'nggak kenyak kalau nggak makan nasi', silakan coba menu ini.

Ramen Boy
Jl. By Pass Sunset Road No. 77x
Seminyak - Bali
Telp: +62361 7437554

Monday, November 22, 2010

Manis Manis Asin Kriuk

Dalam rangkaian wisata terakhir kami di Gading, kami memutuskan untuk mengunjungi Ropita Aneka Rasa. Hidangan di rumah makan ini sekitar roti panggang, pisang goreng dan bubur ayam/kornet.

Bahkan setelah melompat (kayak kutu saja) dari/ke beberapa tempat di area gading dan seperti alarm lift yang berisik, perut saya sudah mengingatkan kalau kapasitas sudah penuh atau bahkan sudah melewati kapasitasnya.

Tetapi begitu mendapatkan tempat duduk di ROPITA, begitu saya melihat ke gerobak penyajian bubur dan roti panggangnya, otak saya mengirimkan signal ke perut dan perut saya menyetujui kalau masih bisa satu (atau dua) makanan yang masuk.

Jadinya pesanan kami di ROPITA, pisang keju-coklat dan bubur kornet. Bubur kornet disajikan dengan kornet yang terlebih dahulu digoreng lalu ditambahkan di atas bubur dengan potongan-potongan daging ayam, cakwe dan pengganti kerupuk adalah kudapan stick yang gurih.

Pisang bakarnya juga sangat nikmat, yang mana di dalam timbunan coklat dan keju tersebut, saya masih sulit untuk diyakinkan kalau yang saya kunyah itu pisang. Jajanan tenda di Gading di Ropita mengakhiri wisata kami malam itu.

Ropita Aneka Rasa
Pelataran Tempat Parkir
Apt. Wisma Gading Permai

Monday, November 15, 2010

Ngunyah Tulang


Pertama kali saya mendengar mengenai sate tulang itu tiga tahun yang lalu. Saya dalam beberapa kesempatan mencoba mengunjungi tempat ini dan dengan beragam alasan, saya gagal. Hingga hari Rabu yang lalu, saya dan beberapa teman kantor memutuskan untuk mengunjungi salah satu area kulineran popular di Jakarta, Kelapa Gading.

Dengan egois, Sate Tulang saya daftarkan sebagai tempat yang wajib untuk kami kunjungi. Bahkan tempat ini termasuk satu tempat yang pertama yang harus kami kunjungi, jadi ketika kami tiba di Gading dalam perut kosong, kami bisa menikmati sate-sate ini dengan puas. Sayangnya, Sate Tulang baru mulai beroperasi mulai pukul 18:00.

Bayangan saya pertama kali mendengar tentang sate tulang adalah sate ini dibuat dari daging ayam dengan potongan-potongan tulang halus, dan saya SUALAH! Ternyata sate tulang itu adalah sate yang dipotong dengan tulang-tulangnya. Selain bagian-bagian penting, seperti sayap dan ceker, sisa dari ayam dipotong kecil-kecil lalu dipanggang dalam tusukan.


Rasa satenya sangat kaya, gurih dan manis (kami curiga kalau sang koki menggunakan madu) dihidangkan dengan sambal merah dengan sedikit percikan asam dan pedas. Walau potongan-potongan daging dengan tulang dihidangkan sedikit unik (kata lain: nyusahin), sate tulang justru memberikan kenikmatan tersendiri.

Selain sate tulang (sate daging dengan tulang), Eldorado juga menyediakan sate sayap, sate ceker dan sate daging (minus tulang).

Sate Tulang khas Banjarmasin Eldorado
Kafe Tenda Pelataran Parkir
Apt. Wisma Gading Permai
Jl. Boulevard Raya CN / 1
Ph. 021 - 9777 7283

Monday, November 8, 2010

Jakarta Culinary Festival 2010

Pada minggu pertama bulan November, khususnya tanggal 5 - 7 November 2010, Jakarta diramaikan dengan acara kuliner kaliber internasional. Nama acaranya adalah Jakarta Culinary Festival, yang dibuka dengan JCF Weekend Expo di Grand Indonesia.

Saya menyempatkan diri untuk mengunjungi acara JCF Weekend Expo pada hari Sabtu malam. Karena saya hadir sudah cukup larut, saya menyesali ketinggalan saya menyicipi jajanan kaki lima terbaik pilihan situs Jalan Sutra, karena jam 8 malam, semua stall cheap foods di sini sudah rapi dan kosong.

Alhasil saya hanya berputar-putar di area EXPO yang dipadati oleh beragam produsen alat-alat masak sampai kompor dan alat pemanggang. Selain peralatan di dapur, juga ada beberapa rumah makan mewah (biasanya rumah makan di hotel-hotel berbintang) yang menawarkan penyicipan masakan andalan mereka.

Rumah makan seperti Potato Head, Social House, Casa D'Oro, Blowfish, Ismaya Catering menawarkan sekilas masakan andalan, yang sayangnya harus bayar jika mau menyicipi (untuk kaum oportunis seperti saya, ini cukup tidak menyenangkan). HEHEHE.

Jakarta Culinary Festival masih akan berlangsung selama 1 bulan, dengan jadwal demo memasak bersama juru masak internasional, atau bahkan event fotografi dengan tema makanan. Untuk jadwal lebih lengkap, silakan memeriksa situs JCF.

Kuah Bakmi Aheng yang Nikmat

Pertama-tama, Aheng tidak pernah tutup selama liburan, tidak seperti beberapa tempat makan mie lainnya (Yeah, I'm talking to you, Mie Asiung!). Masih dalam wisata kulineran saya bersama dengan beberapa teman kantor, tempat kunjungan kami adalah Bakmi Aheng. Kami memesan bakmi daging.

Begitu pesanan kami datang, hal pertama yang saya cicipi adalah kuahnya dan saya seolah-olah mabuk. Ada sesuatu di kuah bakmi itu yang membuat saya lupa kalau pesanan saya sebenarnya adalah bakmi. Ditambah dengan sedikit merica, saya ingin rasanya menghabiskan kuahnya langsung meminumnya langsung dari mangkoknya. Tapi saya tidak sendiri dan ketidaksendirian saya menjaga saya dari mempermalukan diri saya sendiri.


Teman kantor kami yang harusnya ikut dalam acara kulineran tersebut menyarankan untuk mencobai sweekiaw kuah Aheng (yang kebetulan disajikan dengan kuah yang sama dengan bakminya, Yay!) dan tentu saja kami tanpa keraguan lakukan. Seekiawnya sendiri lumayan (tapi dengan kuah yang mantap tersebut) dengan isi daging dan sayur-sayuran seperti bengkoang (atau labu yah? Tapi siapa yang peduli dengan kuah yang mantap itu.).

Setelah menyelesaikan administrasi pembayaran, kami melewati tempat penyajian masakan Aheng itu (laksana tempat-tempat makan di Pluit / Gading) di depan tokonya. Wangi gorengan bihun/mie goreng kembali memanggil-manggil kami. Wangi sekali dan perut saya bergejolak untuk kembali masuk ke rumah makan tersebut.

Sayangnya, ada tempat lain yang harus kami kunjungi dan mungkin kunjungan berikutnya, bihun goreng Aheng menjadi menu dalam pilihan kami.

Bakmi Aheng
Cabang Kemurnian IV
Jl. Boulevard Raya Blok WA2 No. 21
Kelapa Gading, Jakarta Utara
Ph. 4532473

Monday, November 1, 2010

Pempek Palembang 161

Bisa jadi dikarenakan musim liburan atau memang di area Gading, pempek Palembang 161 adalah salah satu tempat yang ramai pengunjung. Bersama-sama beberapa teman kantor, saya memesan pempek campur. Untuk 1 porsi ini terdiri dari beragam pempek.

Tips penting jika anda hendak memesan hal yang sama, selalu mengingatkan pelayannya untuk menggoreng pempek tersebut, karena jika tidak akan dihidangkan putih pucat. Mungkin memang demikian cara menikmati pempeknya, tetapi saya sendiri lebih suka semuanya digoreng dan kemudian dihidangkan dalam kondisi panas.

Hal istimewa yang menjadi nilai jual 161 adalah kita boleh menambahkan bubuk ebi ke dalam cuka sesuka hati. HOHOHOHO. Jadi bisa kebayang saja, cuka saya lumayan kental dan gurih. Jujur, saya lebih suka cukanya daripada pempek di tempat ini.

Apalagi setelah kami memesan pempek campur, kami lupa memberikan catatan kepada pelayan untuk menggoreng. Jadinya beberapa kesempatan saya berasa menikmati kunyahan karet dengan bumbu cuka hasilan racikan sendiri.

Pempek Palembang 161
Jl. Gading Boulevard Raya, Blok FW1 No. 26 - 27
Kepala Gading, Jakarta Utara
Ph. 4526607 / 4528919