Monday, January 31, 2011

Soto Banjar di Martapura

Hari terakhir di Kalimatan Selatan, tanpa bermaksud mendramatisirkan apapun, terjadi hujan gerimis sepanjang pagi hingga siang. Suasana langit yang mendung dan sejuk membuat kami semua berpikiran sama ketika waktunya untuk makan siang, SOTO!

Tidak jauh dari pasar perhiasan di Martapura, Depot Soto Anang (kurang tahu apakah ada korelasi dengan sang penyanyi atau tidak, tapi konon kabarnya Anang sangat terkenal di sini). Memesan soto banjar komplit, yang isinya separuh telur bebek, potongan-potongan telur, bihun, suwiran daging ayam dengan bawang goreng dan daun bawang.

Disajikan terpisah dengan lontong atau nasi, panasnya kuah soto membuat perut saya hangat. Walau sangat gurih rasanya, soto Banjar depot Anang tidak mengecewakan. Bahkan ketika kuning telur pecah dan bersatu dengan kuah soto, membuat kuah soto menjadi lebih kental justru menambah keindahan dan pastinya kenikmatan sotonya.

Pendapat saya, lebih mantap rasanya kalau menikmati soto ini dengan nasi daripada dengan lontong. Ah, saya sangat menikmati perjalanan ini, walau tidak banyak situs kulineran yang saya kunjungi. 

Depot Soto Anang
Jl. A. Yani Km. 39
Martapura, Kalimantan Selatan

Monday, January 24, 2011

Jajanan Pasar Khas Martapura

Katupat Kandangan

Martapura adalah salah satu kecamatan di Kalimatan Selatan. Untuk penggemar perhiasan, inilah tempat yang paling tepat bagi anda. Martapura terkenal dengan pasar yang menjual perhiasan yang terbuat dari berbagai batu-batuan.

Sementara saya bukan penggemar perhiasan, juga dikarenakan saya tidak tahu-menahu mengenai perhiasan dan rasa malas menawar, saya memutuskan untuk mengelilingi pasar tradisional di samping pasar perhiasan Cahaya Bumi Selamat (CBS) Martapura.

Wadai Cincin

Di antara pasar tradisional Martapura dengan pasar perhiasan CBS, terdapat sederatan warung-warung penjualan makanan. Dari soto Banjar sampai ke penjualan Wadai (sebutan untuk kudapan di Kalimantan). Perhentian yang saya lakukan pertama kali adalah warung Katupat Kandangan khas Banjar. 

Ketupat nasi seperti ketupat pada umumnya dihidangkan dengan kuah bersantan dan potongan ikan gabus yang dibakar. Jujur, saya berharap makanan ini dapat ditemui dengan mudah di Jakarta. Kuah santan dari ketupat tidak meninggalkan rasa eneg di tenggorokan, tapi diseimbangkan dengan aroma ikan gabus bakar yang sedikit pahit. Kalau dilihat dari gambarnya sangat sederhana yah penampilannya, tapi rasanya melebihi lontong sayur yang pernah saya cicipi sebelumnya.

Wadai Wajik

Saya juga tidak mau kehilangan kesempatan untuk mencobai kudapan khas Martapura. Kudapan pertama yang saya cobai adalah wadai cincin. Bentuknya seperti uang logam yang biasanya dijadikan mata kalung di film-film shaolin. Terbuat dari tepung ketan dengan tutupan gula coklat, rasanya tidak terlalu manis. 

Saya sempat membaca di beberapa referensi kalau Martapura terkenal dengan 41 wadai. Dan salah satu yang paling terkenal adalah Wadai Bingka, yang berbentuk bunga dengan 6 kelopak. Bingka terbuat dari bahan utama seperti telur bebek, santan dan tepung santan yang divariasikan dengan rasa nangka, kentang dan sebagainya. Saya melihat hampir semua warung ini menjual Bingka.

Jaring (Jengkol Rebus)

Saya juga sempat mencoba wadai wajik yang terbuat dari singkong kemudian dibalur dengan gula jawa. Rasanya juga tidak terlalu manis dan lembut. Satu-satunya kudapan yang sulit untuk saya cobai siang itu adalah Jaring, yang mana adalah jengkol rebus yang disantap dengan kelapa.

Walau menurut si penjual, jaring itu sangat nikmat, tetapi ketakutan efek samping seperti bau mulut membuat saya terhenti untuk mencobanya. Catatan untuk diri sendiri: harus coba Jaring dan bawa obat kumur! :D

Sunday, January 16, 2011

Bakmi Lili

Saya sudah mengetahui keberadaan Bakmi Lili sudah lebih dari 10 tahun yang lalu. Bakmi yang berlokasi di Tanjung Duren ini sering saya lewati dulu sewaktu saya hendak pulang/pergi ke kampus. Selama bertahun-tahun itu juga, saya sering mendengar betapa nikmatnya Bakmi Lili, sehingga tidak jarang saya merekomendasikan tempat ini jika ada teman-teman yang menanyakan tempat makan yang seru di Tanjung Duren. Ajaibnya saya sendiri belum pernah ke sana. HEHEHE.

Akhirnya, kala sahabat saya sedang berkunjung ke Jakarta, saya memanfaatkan kesempatan ini untuk berkeliling Jakarta dan beberapa posting ke depan juga merupakan hasil jalan-jalan kami. Kami juga menyempatkan untuk mengunjungi beberapa tempat makan di selatan Jakarta sebagai usaha kami untuk meluaskan lokasi "bermain" kami. 

Perhentian pertama, Bakmi Lili. Seperti belasan tahun yang lalu, sebagaimana saya melihat dari luar, Bakmi Lili masih seperti dulu. Mungkin sedikit membedakan adalah papan iklan yang besar yang mungkin juga sudah dipasang bertahun-tahun yang lalu, sedangkan dulu hanya dengan selembar banner yang sederhana. Lokasi masih sama, dengan kereta tempat peracikan mie yang sama.

Bakmi Lili menggunakan jenis mie yang tipis dan bentuknya seperti mie keriting Medan, hanya saja lebih tipis. Yang menjadi daya tarik Bakmi Lili adalah bumbu mie yang sangat wangi dan gurih. Ketika saya mulai mencampur mie, lauk dan bumbu yang sedikit menggenangi mie, aroma mie mulai menggoda indra pengecap. Dengan suapan pertama, penantian saya selama belasan tahun itu seolah-olah tidak ada artinya lagi. Saat ini seolah-seolah dunia ini hanya ada saya, mie Lili dan kenek Bis 91 yang terus-menerus memanggil penumpangnya dengan, "Grogol, Grogol, Grogol!"

Bakmi Lili walau terlihat sangat tipis, tapi tidak selembut yang dilihat. Justru itu yang menambah kenikmatan mie. Lauknya juga bervariasi dari daging babi cincang hingga potongan-potongan ayam. Hoya, satu hal yang perlu diperhatikan ketika memesan di tempat ini, hati-hati dalam memesan tambahan pangsit dan/atau bakso, karena porsinya lumayan besar. 

Jika saya akan pergi lagi, saya mungkin hanya akan memesan 1 porsi pangsit/bakso/swikiaw untuk beberapa orang, karena porsinya lumayan besar. Pangsit dan swikiaw-nya lumayan enak, isinya berasa. Walau saya lebih menyukai pangsitnya. Sedangkan baksonya selayaknya bakso beli di pasar. Satu hal lagi yang unik mengenai tempat ini, mereka menyediakan 4 jenis sambal: ada saos tomat, saos cabe, sambal cabe blender (rasanya ditambah merica) dan sambal cabe dengan biji. 

Untuk satu porsi bakmi dan campuran bakso/pangsit/swikiaw, saya ditagih Rp. 42.000,- rasanya masih masuk akal dengan porsi yang lumayan mengenyangkan itu. 

Bakmi Lili 166
Jl. Tanjung Duren Barat I No. 361
Jakarta Barat
Ph. (021) 988 91138

Monday, January 10, 2011

Itik dan Makanan Laut

Saya sangat beruntung beberapa hari setelah liburan kantor di bulan Desember yang lalu, saya mendapatkan kesempatan untuk mengikut seorang berpetualangan ke Kalimatan Selatan. Walau sebenarnya tujuan perjalanan ini bukan untuk berwisata, tentu saja menyicipi masakan lokal harus saya sempatkan dong!

Begitu kami tiba di bandara Syamsudin Noor, kami dibawa ke Rumah Makan Swarga di area Banjarbaru. Kurang lebih sekitar 20 menit dari bandara. Rumah Makan Swarga menggelar panggangnya tepat di depan jalan masuk sehingga begitu saya tiba di sana, pikiran saya (tanpa melihat menu): ITIK BAKAR!

Alhasil karena pengaturan rumah makan yang sedemikian rupa, 5 dari 6 kami memesan itik bakar dan hanya 1 yang berdeviasi memesan itik goreng dan tambahannya udang bakar! Untuk itik bakarnya agak sedikit alot, mungkin karena itu juga penyajiannya dipotong kecil-kecil untuk mempermudah penyantapannya.

Menurut pendapat saya, bumbu yang disiramkan di atas itik terlalu manis, bahkan jauh melebihi rasa manis kecap manis pada umumnya. Segitu manisnya, saya sempat berpikir kalau bumbu yang dituang itu mengandung sedikit arak.

Sedangkan untuk itik gorengnya, saya harus akui enak sekali. Lembut seperti daging ayam dan bumbunya masih menempel ke tulang-tulang ketika kita mengupaskan dagingnya. Alhasil saya tergoda untuk mengulum tulang-tulang itik tersebut.

Sedangkan untuk udang besarnya, saya tidak mampu berkata-kata. ENAK! Sepertinya udang digoreng sebentar, sebelum akhirnya dibakar dalam waktu yang singkat. Aroma bumbunya, rasa gurihnya dan kelembutan tekstur daging udang sampai warna udangnya membuat saya terdiam dan jika saja saya tidak ingat usia, mungkin saya akan memesan 3 porsi lagi.

Ada pepatah mengatakan jika perhentian pertama saja menyenangkan, kebayang dong perhentian-perhentian berikutnya? Pasti lebih seru! HEHEHEHE. 

Rumah Makan Swarga
Jl. A. Yani No. 4, Banjar Baru
Kalimantan Selatan
Phone: (0511) 477 2014

Monday, January 3, 2011

Canton Bay, Pluit

Waktu saya masih kuliah, saya selalu melihat Canton Bay dengan penuh kesirikan. Saya selalu merasa kalau makan di Canton Bay itu mahal banget. Yah, biasalah kantong mahasiswa waktu itu masih seret. Menikmati kentang goreng di salah satu rumah makan cepat-saji saja rasanya seperti surga.

Sekarang sudah bekerja, tentu saja kondisinya sudah berbeda dong! Canton Bay menjadi salah satu rumah makan yang akan muncul di pikiran saya jika saya sedang ngidam masakan chinese (atau Canton tepatnya).

Kalau makan di Canton Bay, ada beberapa pilihan menu yang boleh dicoba, misalnya: Kepiting soka yang lumayan enak dan gurih, mie kuah dengan irisan bebek panggang dan pangsit (SUKA!) ataupun udang goreng telur asinnya.

Tetapi yang menjadi bintang di antara masakan-masakan yang enak itu, menurut saya adalah Sapo Tahu Sea Food-nya! Sapo Tahu Canton Bay itu dihidangkan dengan wadah yang unik (yang menurut info sang pramusaji) masih mampu menjaga panasnya kuah untuk jangka waktu yang lumayan lama. Jadi biasanya begitu mangkok sajinya sampai di meja masih mengeluarkan bunyi-bunyi "SSSHHHHH".

Masakah Tofu yang lembut, tetapi gak hancur disajikan dengan jamur, brokoli, wortel, udang, potongan ikan dan cumi-cumi ini paling cocok disantap dengan nasi hainam. Saya pernah mencoba membeli Sapo Tahu untuk dinikmati di rumah dan sapo tahunya masih enak begitu saya sampai di rumah!

Canton Bay
Pluit Village Lt. 1 No. 119
Phone: (021) 6660 1659