Sunday, March 24, 2013

Kulineran Jakarta: Bakmi Ayam Amoy


Jalan-jalan ke daerah Glodok, tidak lengkap rasanya kalau tidak makan bakmi. Makanan berbahan dasar tepung terigu yang konon kabarnya diperkenalkan oleh para pedagang dari China ini memang sangat khas di daerah ini.

Salah satu yang menurut teman saya cukup legendaris adalah bakmi ayam Amoy, yang terletak di sebuah gang, yang penuh sesak dengan para pedagang makanan, di sebelah gedung Gloria, Glodok. Disebut legendaris karena memang bakmi ayam Amoy sudah mulai berjualan sejak 20 tahunan lalu.

Tempatnya memang sederhana. Hanya sebuah gerobak tempat memasak dan satu meja makan panjang plus kursinya. Tapi karena penggemarnya begitu banyak dan membludag, maka pengunjung harus jeli mencari-cari tempat sendiri untuk memakan mie yang lezat itu. Untungnya, saya masih dapat tempat duduk yang tidak terlalu jauh dari gerobak. Walau mejanya kecil dan harus berbagi dengan 3 orang lain, saya tetap tidak mau menyerah.


Benar saja, bakmie ayam Amoy memang bukan bakmi ayam biasa. Rasanya yang enak, terbukti dengan penggemarnya yang begitu banyak, memang berhasil menggoyang lidah. Rasa mienya saja sudah enak, apalagi bila ditambah dengan kuah dan kelengkapan lainnya. Bagi yang suka daging babi, boleh meminta daging babi panggang yang sangat khas daerah pecinan. Jangan lupa juga minta lemak yang sudah digoreng sehingga menjadi renyah dan gurih. Khusus untuk lemak yang renyah itu, tidak perlu bayar alias gratis!

Jadi, untuk yang tidak berkeberatan dengan makan di gang yang agak sempit, berbagi semeja dengan orang lain, dan kebetulan sedang jalan-jalan di daerah Glodok, jangan sampai tidak mampir ke bakmi ayam Amoy.

Sunday, March 17, 2013

Kulineran Bali: Tut Mak

Kalau berkunjung ke Ubud dan tidak mau atau bosan dengan warung babi guling ibu itu, yang terlalu banyak diekspos padahal mahal dan rasanya biasa saja itu, boleh mampir ke Tut Mak.
Warung makan yang letaknya di Jl. Dewi Sita ini cukup tenar juga di Ubud. Walau lokasinya di pusat keramaian Ubud, tepatnya di pinggir lapangan besar dekat pasar Ubud, warung ini tetap menyajikan suasana yang tenang dan nyaman. Warung yang rimbun oleh dedaunan menjalar ini benar-benar oase di tengah panasnya Ubud di siang hari.
Silakan coba menu pembuka favorit saya di sana: Fresh Spring Rolls with Tofu (Rp. 25,000), yang adalah 4 potong lumpia khas Vietnam (dengan kulit yang terbuat dari beras yang diolah sedemikian rupa hingga jadi sangat tipis dan tembus pandang atau yang sering disebut sebagai rice paper) dengan sayur-sayuran segar, tahu, dan disajikan dengan bumbu khas Tut Mak sebagai pendamping. Lumpia ini tidak digoreng, jadi benar-benar sehat dan segar. Sangat cocok bagi yang vegetarian karena memang lumpia ini tanpa daging.
Untuk menu utama, Middle Eastern Plate (Rp. 58.000,-), yang merupakan menu vegetarian namun tidak hilang rasa enaknya, boleh dicoba. Isinya adalah hummus, couscous, tabouleh, falafel, baba ghanoush, dan salad organik dengan dressing khas Tut Mak. Tidak lupa disajikan dengan roti pita dan youghurt sebagai pendamping. Sungguh mengenyangkan.
Menu penutup yang wajib di Tut Mak adalah cinnamon rollnya. Sangat besar dan murah. Hanya Rp. 19.000,- saja. Rasanya pas, tidak terlalu manis. Juga empuk dan lembut. Sungguh memanjakan lidah.

Tut Mak
Jl. Dewi Sita, Ubud 80571
Telp. +62361 975754

Sunday, March 10, 2013

Kulineran Bali: Sidewalk BBQ

Suasana Sidewalk BBQ yang santai.

Kali ini kembali ke Bali. Ada sebuah tempat makan baru yang resmi dibuka tanggal 14 Februari 2013 kemarin. Namanya Sidewalk BBQ. Letaknya di bagian depan sebuah restoran yang sudah berjalan sekitar dua tahunan bernama Warung Oppen. Jadi menunya selain BBQ, juga menu dari Warung Oppen. Selain itu di lantai duanya juga ada kedai kopi yang pernah saya tulis di sini, Coffee Revolution. Jadi bisa dibilang Sidewalk BBQ ini adalah sebuah tempat makan yang super lengkap menunya.

Dari sisi tempat, Sidewalk BBQ sangat santai. Bernuansa sushi bar, para tamu duduk menghadap ke juru masak yang siap membuat makanan-makanan yang dipesan. Kalau yang mau lebih santai, ada juga tempat duduk dengan bantal-bantal empuk dengan pemandangan ke jalan raya. Duduk di Sidewalk BBQ saat menjelang malam, sangat seru rasanya.

Untuk makanan, Sidewalk BBQ menawarkan beef tenderloin, beef sirloin, chicken kebab, bahkan lobster dan king prawn. Tapi yang istimewa adalah menu "Slow-roasted pork belly" yang adalah 300 gram daging yang dipanggang perlahan hingga bagian kulitnya begitu renyah ketika dimakan. Makanan ini benar-benar membuat saya tergila-gila. Awalnya menu tersebut hanya muncul di setiap hari Minggu, namun sekarang, karena begitu banyak permintaan, maka menu itu bisa dipesan setiap hari.

Menu lain yang tidak kalah seru adalah "Super size pork chop". Dengan berat 300 gram, makanan istimewa itu mampu mengenyangkan bahkan perut saya yang susah dikenyangkan ini. Bahkan tulangnya yang khas itupun tidak rela saya tinggalkan.

Super size pork chop.

Soal rasa, bumbu BBQ di Sidewalk BBQ benar-benar tiada tara. Bukan hanya enak di bagian luarnya, tapi juga merasuk sampai ke bagian dalam daging. Benar-benar "finger lickin' good"!

Harga juga bukan masalah. Slow-roasted pork belly yang istimewa itu hanya Rp. 40.000,- saja. Super size pork chop yang memang super size itu hanya Rp. 40.000,-! Beef sirloin BBQ-nya hanya Rp. 35.000,-! Benar-benar bukan masalah!

Secara keseluruhan, Sidewalk BBQ adalah restoran yang masuk dalam daftar wajib didatangi.

Sidewalk BBQ
Jl. Raya Semer, Kerobokan
Kuta - Bali 80361
Telpon: 03618475351
www.sidewalkbbq.com

Sunday, March 3, 2013

Kulineran Yogyakarta: Beukenhof

Siang itu awan gelap memayungi wilayah Kaliurang, Yogyakarta. Wilayah yang terletak di kaki gunung Merapi ini, tidak mendung saja sudah dingin, apalagi ketika mendung. Sungguh suasana yang nyaman dan enak. Tapi bukan hanya itu yang saya cari di sini. Ada hal yang lebih menarik dalam perjalanan saya kali ini.

Museum Ullen Sentalu, itulah tujuan saya bermobil 30 menitan dari tengah kota Yogyakarta. Museum unik ini adalah museum yang dikelola sebuah yayasan swasta yang berisi berbagai pengetahuan tentang kebudayaan Jawa khususnya Solo dan Yogyakarta. Tidak seperti museum lain yang terkadang membosankan, museum ini sangat berbeda. Benar-benar unik. Tapi tentu bukan di sini tempatnya saya bercerita tentang museum. Biarkan saya menceritakan tentang museum ini di tempat lain.

Yang ingin saya ceritakan adalah tentang restoran yang ada di dalam museum ini. Lagi-lagi bukan restoran biasa. Restoran ini sudah memesona bahkan ketika kaki baru menginjak halaman depannya yang dikelilingi pohon-pohon besar khas hutan Kaliurang.

Bagian dalamnya, sungguh menarik dengan tatanan khas rumah jaman Belanda. Lantai bermotif khas, kursi-kursi antik dengan meja marmer, lemari-lemari dan hiasan dinding, semua memperkuat kesan era kolonial yang memang ingin ditampilkan oleh restoran ini.


Beukenhof, nama restoran ini, memang menyediakan makanan khas Eropa. Tidak hanya itu, ada juga kopi yang nikmat dan cemilan yang sedap sebagai teman menikmati sore yang dingin dan mendung. Benar-benar serasa jadi sinyo dan nonik di jaman penjajahan dulu.

Ada dua pilihan lokasi duduk di restoran ini. Di bagian dalam, yang sangat kental nuansa Belandanya. Cocok untuk yang ingin bernostalgia bersama keluarga yang pernah merasakan jaman kompeni dulu. Atau di bagian balkon yang juga tidak kalah kental nuansa Belandanya, namun dengan tambahan pemandangan hutan nan alami dan menyejukkan.


Makanan di restoran ini memang tidak terlalu murah, namun tentu saja sepadan dengan pengalaman unik yang didapat. Karena itu, bagi saya, restoran ini masuk dalam kategori wajib didatangi.