Siang itu awan gelap memayungi wilayah Kaliurang, Yogyakarta. Wilayah yang terletak di kaki gunung Merapi ini, tidak mendung saja sudah dingin, apalagi ketika mendung. Sungguh suasana yang nyaman dan enak. Tapi bukan hanya itu yang saya cari di sini. Ada hal yang lebih menarik dalam perjalanan saya kali ini.
Museum Ullen Sentalu, itulah tujuan saya bermobil 30 menitan dari tengah kota Yogyakarta. Museum unik ini adalah museum yang dikelola sebuah yayasan swasta yang berisi berbagai pengetahuan tentang kebudayaan Jawa khususnya Solo dan Yogyakarta. Tidak seperti museum lain yang terkadang membosankan, museum ini sangat berbeda. Benar-benar unik. Tapi tentu bukan di sini tempatnya saya bercerita tentang museum. Biarkan saya menceritakan tentang museum ini di tempat lain.
Yang ingin saya ceritakan adalah tentang restoran yang ada di dalam museum ini. Lagi-lagi bukan restoran biasa. Restoran ini sudah memesona bahkan ketika kaki baru menginjak halaman depannya yang dikelilingi pohon-pohon besar khas hutan Kaliurang.
Bagian dalamnya, sungguh menarik dengan tatanan khas rumah jaman Belanda. Lantai bermotif khas, kursi-kursi antik dengan meja marmer, lemari-lemari dan hiasan dinding, semua memperkuat kesan era kolonial yang memang ingin ditampilkan oleh restoran ini.
Beukenhof, nama restoran ini, memang menyediakan makanan khas Eropa. Tidak hanya itu, ada juga kopi yang nikmat dan cemilan yang sedap sebagai teman menikmati sore yang dingin dan mendung. Benar-benar serasa jadi sinyo dan nonik di jaman penjajahan dulu.
Ada dua pilihan lokasi duduk di restoran ini. Di bagian dalam, yang sangat kental nuansa Belandanya. Cocok untuk yang ingin bernostalgia bersama keluarga yang pernah merasakan jaman kompeni dulu. Atau di bagian balkon yang juga tidak kalah kental nuansa Belandanya, namun dengan tambahan pemandangan hutan nan alami dan menyejukkan.
Makanan di restoran ini memang tidak terlalu murah, namun tentu saja sepadan dengan pengalaman unik yang didapat. Karena itu, bagi saya, restoran ini masuk dalam kategori wajib didatangi.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment