Friday, December 24, 2010

Natal dan Tahun Baru

Blog Kulineran mengucapkan Selamat hari Natal bagi yang merayakan dan Tahun Baru! Terima kasih untuk kesetiaannya berbagi kesukaan dalam menikmati wisata kuliner! 

Kalau ada saran dan pesan, ditunggu yah di comment box. Selamat berlibur dan selalu jaga kesehatan! :D

PS: Shout-out for the beautiful miss Mandy! Thanks for the gift. :D

Jaha dan Koyabu

Tidak! Tidak! Post saya yang satu ini masih tentang kenikmatan kulineran. Walau judulnya mungkin membuat anda berpikir saya sedang bercerita tentang salah satu kisah dari 1001 malam atau kisah fiksi mengenai perang bintang antar galaksi.

Seringkali di kala saya sedang bersibuk ria di kantor, saya melupakan jadwal makan yang paling penting, yaitu sarapan. Demikian apa yang terjadi hari itu. Beruntung bagi saya, di kala sibuk menghadang dan saya terlambat pula ke kantor, jadi gak sempat menyantap sarapan saya.

Pikiran saya: semoga waktu makan siang bisa tiba dengan segera. HEHEHE.

Bu Diana, teman sekantor, beda divisi, mendatangi meja saya dan sambil tersenyum dia berkata, "Lo pasti belum sarapan, nih coba deh, Lex!" Sambil menyodorkan 2 macam kudapan yang dibungkus dengan daun pisang. (Bless you, bu Diana, thank you!)

Yang pertama, bentuknya lonjong seperti lontong, disebut Nasi Jaha. Nasi bakar yang mengandung aroma jahe yang tajam dan campuran santan. Jujur, sulit rasanya berhenti menikmati Nasi Jaha yang disajikan dalam kondisi hangat. Apalagi jika ditemani dengan sambal ikan Roa. Wah! Membayangkannya saja, saya sudah lapar kembali sekarang.

Saya baca di beberapa referensi kalau di Manado, nasi Jaha disumpel di bambu lalu dibakar dengan api. Saya membayangkan dengan cara tradisional ini, justru aroma jahe dan santan menambahkan kenikmatannya. Huks, saya lapar!

Yang kedua, kudapan Koyabu. Boleh dibilang mirip dengan kue putu. Kue berbentuk segitiga yang terbuat dari tepung ketan dengan isian gula jawa. Walau saya tidak biasanya menyantap sesuatu yang manis di pagi hari, namun Koyabu saya habiskan tanpa masalah. Bisa jadi karena euforia yang timbul melihat kudapan yang tidak saya temukan setiap hari.

Saya sering melihat nasi Jaha di beberapa rumah makan khas Manado, seperti Dodika ataupun Beautika.  Rasanya Yabu mungkin juga ada. Selamat mencobai! 

Monday, December 6, 2010

Makan di Kuta Nggak Harus Mahal

Beberapa teman yang berkunjung ke Bali mengeluh tentang betapa mahalnya makanan di daerah Kuta, tempat mereka menginap. Sebenarnya itu adalah hal yang wajar mengingat wilayah Kuta adalah daerah wisata yang selalu dipadati penikmat liburan dan saat berlibur orang cenderung longgar mengeluarkan uang sehingga mudah dimanfaatkan oleh orang lain.

Beruntung saya menemukan Warung Malang Pak Slamet yang adalah sebuah restoran sederhana namun bercitarasa tinggi di kawasan Kuta. Jalanannya memang agak kecil bahkan mobil akan kesulitan mencari tempat parkir. Namun untuk restoran murah meriah, enak, dan porsinya lumayan banyak ini, selalu ada cara untuk menuju ke sana. Mobil bisa diparkir di mini market dekat restoran (kalau ditegur satpam, belilah permen barang sebiji, lalu melengganglah) atau bisa juga diparkir di jalan besar sebelum masuk ke gang tempat restoran berada. Kalau naik motor sih lebih gampang, bisa langsung parkir di depan pintu restoran.

Warung Malang Pak Slamet, yang selalu dipadati turis baik lokal maupun mancanegara, menyajikan menu masakan China dan seafood. Hampir semua makanan di tempat ini enak dan harganyapun terjangkau. Kalau boleh menyarankan, coba hidangan kerangnya. Sangat segar dan enak!

Warung Malang Pak Slamet
Jl. Patimura No. 1B
Legian - Kuta - Bali
Telpon: +62361 758 638

Monday, November 29, 2010

Ramen Boy


Kemarin saya mencobai sebuah restoran ramen yang sudah lama membuat penasaran. Selain karena tulisan 'Sakana' di bagian depannya, tempat ini juga terlihat seperti toko ikan Jepang di anime atau komik-komik Jepang.

Sampai di sana, saya disambut oleh dua meja kayu ukuran super besar. Setiap meja mampu menampung sekitar 10 orang. Tampaknya makan di sini memang harus berbagi meja dengan orang lain. Tidak hanya itu, saya juga disambut mesin pendingin dan ikan-ikan yang tampak segar di dalamnya layaknya sebuah restoran sushi. Ketika saya tidak sengaja menengok ke kanan, rupanya ada ruangan kecil yang rupanya adalah restoran ramennya. Kecil bukan main dan sangat khas Jepang. Itu kesan pertama yang saya dapat ketika menginjakkan kaki di dalamnya. Tapi tenang, kalau memang merasa sempit di dalam, makan di luarpun boleh kok.

Menu yang disajikan di restoran ini cukup beragam tapi tidak membingungkan. Ada menu ramen, soba, cahan, dan bila ingin bisa juga memesan sashimi. Pilihan saya jatuh pada Mabo Ramen yang rupanya adalah semangkuk besar ramen (benar-benar besar, bukan hanya mangkoknya seperti restoran-restoran ramen lain, tapi juga isinya) dengan tahu dan daging cacah yang banyak. Menu tersebut sangat saya rekomendasikan untuk dicoba. Sebagai makanan pendamping saya pilih Cha Siu dan Gyosha. Semua enak dengan porsi yang tidak mengecewakan.

Kurang puas dengan makanan ronde pertama, sayapun lanjut ke ronde berikutnya. Kali ini saya memesan Katsudon, nasi dengan siraman bumbu khas Jepang dan potongan ayam tanpa tulang yang digoreng dengan tepung renyah di atasnya. Uenaaakk!!!

Secara keseluruhan Ramen Boy sangat patut didatangi. Harga yang ditawarkan juga sangat masuk akal mengingat porsinya benar-benar memuaskan.

Catatan:
Makanan lain yang perlu dicoba juga adalah Mabo Tofu. Makanan yang satu ini seperti persis seperti Mabo Ramen, hanya saja tanpa ramen alias mie Jepangnya. Jadi makannya dengan nasi putih. Untuk yang 'nggak kenyak kalau nggak makan nasi', silakan coba menu ini.

Ramen Boy
Jl. By Pass Sunset Road No. 77x
Seminyak - Bali
Telp: +62361 7437554

Monday, November 22, 2010

Manis Manis Asin Kriuk

Dalam rangkaian wisata terakhir kami di Gading, kami memutuskan untuk mengunjungi Ropita Aneka Rasa. Hidangan di rumah makan ini sekitar roti panggang, pisang goreng dan bubur ayam/kornet.

Bahkan setelah melompat (kayak kutu saja) dari/ke beberapa tempat di area gading dan seperti alarm lift yang berisik, perut saya sudah mengingatkan kalau kapasitas sudah penuh atau bahkan sudah melewati kapasitasnya.

Tetapi begitu mendapatkan tempat duduk di ROPITA, begitu saya melihat ke gerobak penyajian bubur dan roti panggangnya, otak saya mengirimkan signal ke perut dan perut saya menyetujui kalau masih bisa satu (atau dua) makanan yang masuk.

Jadinya pesanan kami di ROPITA, pisang keju-coklat dan bubur kornet. Bubur kornet disajikan dengan kornet yang terlebih dahulu digoreng lalu ditambahkan di atas bubur dengan potongan-potongan daging ayam, cakwe dan pengganti kerupuk adalah kudapan stick yang gurih.

Pisang bakarnya juga sangat nikmat, yang mana di dalam timbunan coklat dan keju tersebut, saya masih sulit untuk diyakinkan kalau yang saya kunyah itu pisang. Jajanan tenda di Gading di Ropita mengakhiri wisata kami malam itu.

Ropita Aneka Rasa
Pelataran Tempat Parkir
Apt. Wisma Gading Permai

Monday, November 15, 2010

Ngunyah Tulang


Pertama kali saya mendengar mengenai sate tulang itu tiga tahun yang lalu. Saya dalam beberapa kesempatan mencoba mengunjungi tempat ini dan dengan beragam alasan, saya gagal. Hingga hari Rabu yang lalu, saya dan beberapa teman kantor memutuskan untuk mengunjungi salah satu area kulineran popular di Jakarta, Kelapa Gading.

Dengan egois, Sate Tulang saya daftarkan sebagai tempat yang wajib untuk kami kunjungi. Bahkan tempat ini termasuk satu tempat yang pertama yang harus kami kunjungi, jadi ketika kami tiba di Gading dalam perut kosong, kami bisa menikmati sate-sate ini dengan puas. Sayangnya, Sate Tulang baru mulai beroperasi mulai pukul 18:00.

Bayangan saya pertama kali mendengar tentang sate tulang adalah sate ini dibuat dari daging ayam dengan potongan-potongan tulang halus, dan saya SUALAH! Ternyata sate tulang itu adalah sate yang dipotong dengan tulang-tulangnya. Selain bagian-bagian penting, seperti sayap dan ceker, sisa dari ayam dipotong kecil-kecil lalu dipanggang dalam tusukan.


Rasa satenya sangat kaya, gurih dan manis (kami curiga kalau sang koki menggunakan madu) dihidangkan dengan sambal merah dengan sedikit percikan asam dan pedas. Walau potongan-potongan daging dengan tulang dihidangkan sedikit unik (kata lain: nyusahin), sate tulang justru memberikan kenikmatan tersendiri.

Selain sate tulang (sate daging dengan tulang), Eldorado juga menyediakan sate sayap, sate ceker dan sate daging (minus tulang).

Sate Tulang khas Banjarmasin Eldorado
Kafe Tenda Pelataran Parkir
Apt. Wisma Gading Permai
Jl. Boulevard Raya CN / 1
Ph. 021 - 9777 7283

Monday, November 8, 2010

Jakarta Culinary Festival 2010

Pada minggu pertama bulan November, khususnya tanggal 5 - 7 November 2010, Jakarta diramaikan dengan acara kuliner kaliber internasional. Nama acaranya adalah Jakarta Culinary Festival, yang dibuka dengan JCF Weekend Expo di Grand Indonesia.

Saya menyempatkan diri untuk mengunjungi acara JCF Weekend Expo pada hari Sabtu malam. Karena saya hadir sudah cukup larut, saya menyesali ketinggalan saya menyicipi jajanan kaki lima terbaik pilihan situs Jalan Sutra, karena jam 8 malam, semua stall cheap foods di sini sudah rapi dan kosong.

Alhasil saya hanya berputar-putar di area EXPO yang dipadati oleh beragam produsen alat-alat masak sampai kompor dan alat pemanggang. Selain peralatan di dapur, juga ada beberapa rumah makan mewah (biasanya rumah makan di hotel-hotel berbintang) yang menawarkan penyicipan masakan andalan mereka.

Rumah makan seperti Potato Head, Social House, Casa D'Oro, Blowfish, Ismaya Catering menawarkan sekilas masakan andalan, yang sayangnya harus bayar jika mau menyicipi (untuk kaum oportunis seperti saya, ini cukup tidak menyenangkan). HEHEHE.

Jakarta Culinary Festival masih akan berlangsung selama 1 bulan, dengan jadwal demo memasak bersama juru masak internasional, atau bahkan event fotografi dengan tema makanan. Untuk jadwal lebih lengkap, silakan memeriksa situs JCF.

Kuah Bakmi Aheng yang Nikmat

Pertama-tama, Aheng tidak pernah tutup selama liburan, tidak seperti beberapa tempat makan mie lainnya (Yeah, I'm talking to you, Mie Asiung!). Masih dalam wisata kulineran saya bersama dengan beberapa teman kantor, tempat kunjungan kami adalah Bakmi Aheng. Kami memesan bakmi daging.

Begitu pesanan kami datang, hal pertama yang saya cicipi adalah kuahnya dan saya seolah-olah mabuk. Ada sesuatu di kuah bakmi itu yang membuat saya lupa kalau pesanan saya sebenarnya adalah bakmi. Ditambah dengan sedikit merica, saya ingin rasanya menghabiskan kuahnya langsung meminumnya langsung dari mangkoknya. Tapi saya tidak sendiri dan ketidaksendirian saya menjaga saya dari mempermalukan diri saya sendiri.


Teman kantor kami yang harusnya ikut dalam acara kulineran tersebut menyarankan untuk mencobai sweekiaw kuah Aheng (yang kebetulan disajikan dengan kuah yang sama dengan bakminya, Yay!) dan tentu saja kami tanpa keraguan lakukan. Seekiawnya sendiri lumayan (tapi dengan kuah yang mantap tersebut) dengan isi daging dan sayur-sayuran seperti bengkoang (atau labu yah? Tapi siapa yang peduli dengan kuah yang mantap itu.).

Setelah menyelesaikan administrasi pembayaran, kami melewati tempat penyajian masakan Aheng itu (laksana tempat-tempat makan di Pluit / Gading) di depan tokonya. Wangi gorengan bihun/mie goreng kembali memanggil-manggil kami. Wangi sekali dan perut saya bergejolak untuk kembali masuk ke rumah makan tersebut.

Sayangnya, ada tempat lain yang harus kami kunjungi dan mungkin kunjungan berikutnya, bihun goreng Aheng menjadi menu dalam pilihan kami.

Bakmi Aheng
Cabang Kemurnian IV
Jl. Boulevard Raya Blok WA2 No. 21
Kelapa Gading, Jakarta Utara
Ph. 4532473

Monday, November 1, 2010

Pempek Palembang 161

Bisa jadi dikarenakan musim liburan atau memang di area Gading, pempek Palembang 161 adalah salah satu tempat yang ramai pengunjung. Bersama-sama beberapa teman kantor, saya memesan pempek campur. Untuk 1 porsi ini terdiri dari beragam pempek.

Tips penting jika anda hendak memesan hal yang sama, selalu mengingatkan pelayannya untuk menggoreng pempek tersebut, karena jika tidak akan dihidangkan putih pucat. Mungkin memang demikian cara menikmati pempeknya, tetapi saya sendiri lebih suka semuanya digoreng dan kemudian dihidangkan dalam kondisi panas.

Hal istimewa yang menjadi nilai jual 161 adalah kita boleh menambahkan bubuk ebi ke dalam cuka sesuka hati. HOHOHOHO. Jadi bisa kebayang saja, cuka saya lumayan kental dan gurih. Jujur, saya lebih suka cukanya daripada pempek di tempat ini.

Apalagi setelah kami memesan pempek campur, kami lupa memberikan catatan kepada pelayan untuk menggoreng. Jadinya beberapa kesempatan saya berasa menikmati kunyahan karet dengan bumbu cuka hasilan racikan sendiri.

Pempek Palembang 161
Jl. Gading Boulevard Raya, Blok FW1 No. 26 - 27
Kepala Gading, Jakarta Utara
Ph. 4526607 / 4528919

Monday, October 25, 2010

Bakmi Kepiting 78E

Beberapa tahun yang lalu, saya sempat terobsesi dengan berburu mie kepiting dan saya menemukan sebagaimana tidak ada yang sempurna di dunia ini, begitu pula dengan mie kepiting. Tidak ada yang sempurna.

Saya mengakhir obsesi saya dengan berharap jika saja mie dari rumah makan A dikombinasikan dengan lauk kepiting dari rumah makan B dengan kuah rumah makan C, makan kesempurnaan itu mungkin saja ... terjadi, sekali lagi mungkin saja.

Bagaimanapun juga, Bakmi Kepiting 78E termasuk salah satu yang perlu dicatat dan layak untuk dicoba, jika memang anda tidak mempunyai alergi dengan kepiting. 78E sangat memperhatikan bumbu perasa mie-nya, sehingga mie-nya berminyak, gurih dan nikmat.

Daging kepiting sangat halus, untuk mengatasi permasalahan ini, 78E selain menambahkan daging kepiting yang telah dikupas, juga dengan cangkang daging kepiting (sayangnya, pada musim-musim tertentu, cangkangnya kecil-kecil) bersama dengan lauk lain seperti potongan-potongan bakso, daging kecap dan satu lembar pangsit goreng.

Dengan lauk yang begitu ramai, sebenarnya sulit bagi saya untuk menikmati mie-nya. Bahkan jujur, saya cenderung tidak menangkap keistimewaan mie-nya. Mungkin seperti pengunjung-pengunjung yang lain, kami hanya berharap untuk menikmati daging kepiting dan setiap pesanan mendekati meja, saya berharap mendapatkan cangkang yang besar. HEHEHE.

Oya, menu lain yang kudu dicoba adalah pangsit kuah-nya. Satu porsi terdiri dari 5 potong pangsit yang disiram dengan bumbu kecap mie yang berwarna kecoklat-coklatan, ditaburi dengan kupasan daging kepiting dan irisan baso ikan.

Bakmi Kepiting 78E
Jl. Mangga Besar Raya No. 78E
Jakarta Barat
Ph. 021-9130 9387

Monday, October 18, 2010

Rujak Kolam

Rujak Kolam Medan Mangga Dua adalah bagian dari rangkaian pencarian tempat makan yang ramai pengunjung. Saya bercerita kepada teman saya terbatas sekali tempat yang saya bisa kunjungi berulang di Mangga Dua, karena area itu seperti labirin yang menyesatkan. Dan Rujak Kolam terletak di bagian dari labirin yang sulit ditemukan. Butuh waktu 30 menit untuk berputar-putar di area yang sama sebelum saya menyadari saya berada di lantai yang salah.

Tapi kemudian saya berhasil menemukannya kembali (setelah kali yang pertama dengan ajakan seorang teman baik). Kala itu saya hanya melewatinya saja, karena memang tidak terpikir saat itu untuk menikmati rujak. Akhirnya, kunjungan berikut saya ke Mangga Dua, saya memutuskan untuk mengikut-sertakan Rujak Kolam dalam daftar kunjungan saya.

Mungkin sebutan kolam merujuk kepada bumbu rujak yang meluber kemana-mana dalam satu porsi rujak yang sebenarnya tidak terlalu besar. Bumbu rujak yang manis tapi dengan sentuhan asam jawa di ujung lidah membuat rujak ini sedikit unik. (Apa gak disebut Rujak Genangan?)

Hal lain yang menjadi catatan saya adalah bumbu yang dihaluskan dengan kacang juga ditambahkan dengan taburan kacang di atasnya sehingga menambah kegurihan, kerenyahan dan kenikmatan bumbu rujak di Rujak Kolam. Buah-buah yang disajikan seperti buah-buah rujak jalanan seperti bengkoang, nanas, jambu, mangga muda, nangka, timun.

Satu-satunya hal yang menyebalkan dari Rujak Kolam adalah sistem penempatan pelanggannya. Laksana semua rumah makan yang selalu padat di Mangga Dua, sistem pelayanannya selalu siapa cepat, dia yang dapat. HEHEHE. Di sisi yang lain, itu lumayan menantang!

PS: Maaf, adik kecil yang saya sikut demi mendapatkan tempat duduk di hari Minggu kemarin. Mudah-mudahan gak apa-apa yah. Damai, dik!

Rujak Kolam Medan
JITC Mangga Dua - Samping Eskalator
Lt. 3D no. 20/95, Jakarta
Ph. 021-3237 2689

Monday, October 11, 2010

Nyempil di Poppay!

Atasan saya yang nota-bene juga seorang penggemar kulineran selalu berkata "ciri khas tempat makan yang enak itu kalau tempat itu ramai pengunjung, Lex!" Kalau saja pernyataan ini benar, maka secara mutlak Poppay adalah satu rumah makan ternikmat di Jakarta.

Bagaimana tidak? Untuk mendapatkan meja, saya harus menunggu sekitar 15menit dan begitu saya mendapatkan meja, saya harus membagi meja (yang harusnya cuma muat untuk 4 orang) dengan 6 orang asing lainnya. Jadi saya harus makan dengan berimpit-impitan. Gaya makan siang saya di Poppay tidak berbeda dengan gaya makan Unyil.

Menu Poppay sangat terbatas, mereka hanya menyajikan: mie ayam Bangka, pempek, tahu kok, dan nasi tim. Karena keterbatasan kemampuan perut saya dan teman saya, kami memesan mie ayam Bangka, tahu kok dan pempek. (ini kok gila?)

Buat saya, pempek di sini biasa saja, tapi tidak buruk. Tapi seperti semua tempat yang mengerti cara penyajian pempek yang baik, Poppay menyajikan dalam kondisi baru selesai digoreng dalam warna coklat muda. Cuka pempek dan kekenyalan pempek walau bukan yang terbaik yang pernah saya coba, tetapi masih layak untuk dinikmati.

Tahu kok sedikit unik, karena tahu kok itu adalah kuah yang berisi sepotong tahu daging besar, dengan 2 potong otak-otak dan 2 baso ikan kecil dihidangkan dengan sayur-sayuran. Saya juga sangat menikmati mie ayamnya. Mie kecil yang sedikit kenyal dan beraroma manis serta gurih ditemani dengan potongan-potongan daging ayam yang manis.

Catatan kecil mengenai pelayanan di tempat ini. Walau ramai dengan pelayan-pelayan yang berdiri di sekitar area makan, tidak semua pelayan bersedia menerima pesanan. Bahkan mereka tidak akan merujuk pesanan saya ke pelayan yang semestinya, mereka hanya menggeleng-gelengkan kepala dan sesekali berkomentar (karena saya beberapa kali salah terus), "Untuk pesanan, panggil pelayan yang itu."

Saya sangat bersyukur di tengah kegundahan saya (curcol deh jadinya), teman saya yang baik rela memaksa saya untuk keluar dari kamar dan menemani saya berwisata kulineran. KD, makasih yah!

Poppay
ITC Mangga Dua
Lt. II Blok A 118 - 119

Monday, October 4, 2010

Dimsum on Sunday

Restaurant May Fair mempunyai begitu banyak kenangan bagi saya. Sewaktu saya masih kecil, saya ingat ibu saya suka sekali membawa saya ke tempat ini di hari Minggu untuk menikmati dim-sum.

Laksana gadis yang masih cantik, May Fair dalam masa kejayaannya terlihat begitu mewah dan area ruang makan yang lama tampak begitu indah dengan dekor orientalnya yang kental. Saya ingat dengan musik oriental yang khas, May Fair dipenuhi dengan pengunjung yang datang untuk baik menikmati dimsum atau teh sambil bercakap-cakap dengan kerabatnya.

Sementara kereta-kereta dorong yang berisi kudapan yang konon yang dihidangkan bagi raja ini sibuk didorong oleh penyajinya ke sana dan kemari. Saya ingat sensasi-nya ketika kereta dorongan ini berhenti di meja kami. Rasanya ingin hati ini mencoba semuanya.

Sekarang seperti saya yang sudah berumur, begitu pula tempat ini. May Fair tidak lagi dipenuhi oleh pengunjungnya, namun dia masih buka. Beberapa perubahan juga sudah terjadi, misalnya restaurant ini tidak lagi di area yang lama (area yang lama konon kabarnya sudah ditutup). Kereta yang memuat hidangan dimsum juga dibatasi menjadi hanya satu buah, bahkan di hari lain selain hari Minggu, mereka hanya akan menyajikan sesuai pesanan menu.

Walau begitu, May Fair masih menyajikan kenikmatan dimsum yang sama. Pendapat saya pribadi (yang mungkin saja subjektif, karena kami menjadi tua bersama), tempat ini adalah salah satu tempat dimsum yang paling original dan paling enak di Jakarta.

Siomay, Hakaw, Paikut, Kaki Ayam adalah sebagian kecil dari jenis dimsum yang disajikan oleh May Fair. Teh cina, oh teh cina di sini begitu gurih dan nikmat!

Buat saya, May Fair tidak hanya sebuah tempat makan. May Fair adalah tempat sejarah, tempat kenangan antara saya dan ibu saya. Saya pernah menceritakan kepada ibu saya mengenai kunjungan saya ke tempat ini. Ibu saya tersenyum sendiri dan seolah-olah seperti saya, May Fair juga menyimpan kenangan baginya.

May Fair Restaurant
Metropole Hotel
Jl. Pintu Besar Selatan No. 38
Jakarta Barat
Ph. (021) 676921

Monday, September 27, 2010

Soto Betawi Pinangsia

Pertama kali saya datang ke Soto Betawi Pinangsia ini, saya datang lumayan sore, sekitar pukul 17:00 dan naasnya saya hanya menemukan kalau Pinangsia sudah tutup. Dengan kecewa dan tekad serta rasa penasaran, saya memutuskan untuk datang ke Mangga Dua Mall di hari Sabtu di waktu makan siang.

Walau dalam desakan orang-orang di mall dan khususnya di Pinangsia yang lumayan ramai, saya mendapatkan meja dan tentunya bisa memesan soto betawi yang tampaknya menjadi andalan di tempat ini.

Soto betawi di sini naasnya akan dihidangkan dalam bentuk sangat pucat dan tawar. Jadi pelanggan diberikan "tugas" untuk meracik sendiri bumbunya. Naasnya lagi, saya termasuk orang yang bodoh dalam menakar komposisi jumlah kecap manis, garam dan sambal yang tepat untuk menghasilkan soto dengan rasa sempurna. Alhasil beberapa kali soto betawi saya rasanya seperti kolak.

Tetapi saya belajar dari pengalaman-pengalaman bodoh saya dan biasanya saya kalau makan sendiri, selalu meminta pelayannya untuk menambahkan kecap manis, garam dan jeruk nipis langsung sebelum dihidangkan. Walau kadang saya menerima tatapan sinis, tetapi saya terhindar dari keharusan menghabiskan soto kolak. HEHEHE.

Sotonya sendiri (kalau diracik dengan benar) enak, daging-nya juga tidak alot. Atribut soto betawinya juga tidak terlalu ramai, cuma ada daging, potongan-potongan tomat, emping dan taburan daun bawang beserta bawang goreng.

Pinangsia juga menyajikan makanan yang lain, seperti sate ayam/kambing dengan bumbu kacang (sate ayam di sini sangat lembut dan bumbunya pas buanget!), gado-gado dan rujak. Oyah, minuman es jeruk kelapa juga merupakan minuman popular juga. Saya suka, bah!

Soto Betawi Pinangsia
Mangga Dua Mall Lt. 3 No. 1
Jakarta
Ph. (021) 612 8852

Thursday, September 23, 2010

Liar demi Dim Sum


Beberapa waktu yang lalu, saya bertemu dengan beberapa mantan rekan kerja saya untuk bersarapan bersama. Saya diberitahu kalau tempat untuk bertemu nanti di Sands, Mangga Dua untuk dim sum. Saya sering mendengar Sands disebut-sebut, tetapi ini menjadi kali yang pertama saya mengunjungi tempat itu.

Karena masa liburan di Jakarta, jalanan menjadi lumayan lowong. Mangga Dua Square sendiri lumayan sepi. Bahkan karena liburan ini, sulit sekali untuk menemukan Sands. Saya harus naik lift, tukar lift, naik escalator, turun tangga dan akhirnya tiba di depan Sands Ballroom.

Saya, yang notabene baru pertama kali mengunjungi Sands, tentu saja bingung melihat keramaian yang ada. Ternyata di hari libur itu, pengunjung Sands malah membludak. Kami harus menunggu sekitar 20menit sebelum kami dipersilakan masuk ke dalam rumah makan tersebut. Begitu di dalamnya, ternyata berada di Sands itu seperti layaknya sedang berada di tengah-tengah acara pernikahan adat Cina. Orang berlalu lalang, ramai dan penuh dengan meja bundar.

Lebih serunya, ketika kereta yang berisi bakul-bakul kukusan dim sum atau gorengan dim sum keluar dari dapur, tiba-tiba semua orang lari meninggalkan mejanya dan mengelilingi kereta tersebut dan tanpa aba-aba, mereka langsung berebut mengambil dimsum. Mungkin di sini letaknya seni menikmati makanan all-you-can-eat.

Untuk porsi all-you-can-eat dim sum (yang mana tersedia juga a la carte), Sands boleh dibilang lumayan. Walau dim sum popular, seperti hakaw atau siumay nyaris tidak pernah terlihat oleh mata, tetapi dim sum pilihan lainnya sangat beragam dan enak.

Setelah beberapa kali saya didahului (baca: disikut) oleh orang lain, bahkan beberapa kali karena tata krama untuk mendahulukan perempuan dan orang tua, saya menyadari saya perlu menjadi agresif dan tentunya strategi. Saya bersama teman saya (yes, you laoshi! HEHEHE) menyusun strategi dengan menentukan jalur terpendek dari meja tempat kami duduk sampai pintu keluar kereta dorong tersebut.

Alhasil, rasanya lebih dari 30 bakul bertumpukan di meja kami dan perut saya sedikit membulat dalam perjalanan pulang. Harga all you can eat per-pax sebelum pajak adalah Rp. 38.800,- pada waktu saya berkunjung.

Sands Ballroom and Dining Theatre
Mangga Dua Square Lt. 5
Jl. Gunung Sahari No. 1, Jakarta
Ph. (021) 6231 2888

Monday, September 20, 2010

Wiskul ke Solo: Nasi Timlo

Beberapa waktu yang lalu, saya mendapatkan kesempatan yang istimewa untuk mengunjungi kota Solo selama 4 hari. Kesempatan yang awalnya tampak seperti tanggung jawab berat yang wajib untuk dijabani (yang pada kenyataan memang berat), berakhir menjadi petualangan yang berkesan dan menyenangkan.

Saya menikmati kunjungan ke Pasar Klewer, yang tidak jauh berbeda dengan pasar Tanah Abang atau Pasar Pagi Mangga Dua di Jakarta. Hanya saja mayoritas toko di Pasar Klewer menjual batik. Di mana mata memandang, saya hanya melihat batik, batik dan batik. Bersyukur untuk teman baru saya, Mas Anton dan Mbak Arie, yang tampaknya tahu titik-titik penjualan batik yang murah dan berkualitas. Makasih yah Mas dan Mbak! HEHE.

Adalah juga ide dari Mas Anton dan Mbak Arie untuk menikmati makan siang di rumah makan yang tidak hanya namanya yang unik, tempatnya juga unik. Warung Makan Es Masuk mungkin sulit ditemukan bagi mereka yang tidak memiliki sistem GPS hidup seperti kami (hehehe, sekali lagi, makasih yah mas dan mbak). Berlokasi di pekarangan rumah kuno, rumah makan Es Masuk menawarkan makan siang khas Solo, nasi Timlo.

Saya memesan nasi Timlo komplit. Nasi timlo itu pada dasarnya seperti kuah soto bening yang kemudian dicampur dengan nasi. Nasi timlo berkuah ini, selain nasi, lauknya ada telur semur, daging ayam, jamur kuping, jeroan, wortel, keripik kentang lengkap dengan daun bawang dan bawang goreng. Berbeda dengan soto yang justru dikategorikan makanan "panas", nasi timlo, walau dihidangkan dalam kondisi panas justru mengademkan (menurut saya loh).

Saya menikmati sekali kegurihan dan keunikan dari nasi ini sambil sesekali berpikir: kenapa yah tidak dinamakan nasi sup timlo, misalnya? Biar lebih kebayang bentuknya seperti apa. HEHEHE. Selain nasi timlo, ada juga teman makan yang lain yang tersedia untuk dipilih, misalnya sate udang, sate kulit ayam dan sate perkedel kentang yang bisa dijadikan teman bersantap nasi timlo ini.

Sayang sekali, kunjungan kali ini ke Solo benar-benar tidak untuk wisata, jadi beberapa tempat kulineran (atau jenis makanan) masih hanya kisah bagi saya (belum menjadi pengalaman). Semoga di kesempatan mendatang (dan harus), saya dapat mengunjungi kota yang ramah dan indah ini, tapi kali ini dalam kapasitas berwisata.

Sampai jumpa lagi, Solo!

Warung Makan Es Masuk
Jl. Yos Sudarso No. 233
Solo

Monday, September 13, 2010

Bihun Bebek 75, Pluit

Saya tidak pernah melihat diri saya sebagai orang yang sulit dalam mengenyangkan perut. Saya bukan tipe pemilih, namun pada beberapa kesempatan tertentu selayaknya manusia pada umumnya, saya mempunyai keinginan-keinginan tertentu.

Seperti pada malam itu, saya tiba-tiba menginginkan bihun goreng dan saya teringat papan iklan Bihun Bebek di Pluit Sakti. Bihun Bebek 75 menyediakan 2 jenis bihun, bihun kuah dan bihun goreng sea food.

Bihun goreng sea food menurut saya biasa saja. Tidak istimewa, tetapi tidak buruk juga. Saya menikmati bihun gorengnya (yang mana kemungkinan besar didorong oleh rasa ingin yang mengebu-ngebu). Lauk bihun gorengnya terlalu sederhana menurut saya. Satu porsi bihun hanya terdapat 2-3 ekor udang, bakso ikan dan potongan-potongan gorengan bakso (antara ikan atau daging).

Lalu bihun kuah, berbeda dengan bihun goreng, bihun kuah ditemani oleh kuah yang dimasak dengan resep rempah-rempah yang biasanya dibeli di toko obat cina. Kuah yang unik ini, yang mana ibu saya suka sekali memasak kuah ini justru membuat bihun rebus bebek ini terasa istimewa, walau bihun berasa sedikit tawar dan kurang tajam, namun kuah yang istimewa ini membuat bihun ini begitu berbeda.

Bihun Bebek 75
Jl. Pluit Sakti Raya No. 49
Jakarta Utara
Phone: (021) 669 3980

Sunday, September 12, 2010

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H

Kulineran mengucapkan selamat merayakan hari raya Idul Fitri 1431 H. Mohon maaf lahir dan batin kalau ada salah kata. Sabar yah, 2 hari lagi kami akan mulai kembali mengaktifkan blog ini. Terima kasih.

Sunday, August 22, 2010

Selamat Berpuasa!

Teman, selamat menuaikan ibadah puasa. Kulineran akan kembali pada minggu kedua bulan September dengan tempat-tempat makan yang seru.

Wednesday, August 11, 2010

Sop Buntut Mang Endang

Walau saya bekerja di area yang mendekati kota Bogor selama bertahun-tahun, harus saya akui saya sangat tidak mengetahui tata letak kota ini. Jadi ketika saya diajak untuk menjelajahi area Air Mancur di kota Bogor untuk menyicipi sop buntut, saya cuma duduk manis di sebelah supir tanpa mengetahui mau dibawa ke mana.

Tiba di rumah makan Mang Endang yang hanya menyajikan sop buntut dan soto sapi (sekali lagi menu tidak tersedia), saya memesan sop buntut yang menjadi andalan. Untuk harga yang saya bayar, sop buntut Mang Endang sangatlah nikmat, gurih dan memuaskan.

Walau kombinasi daging dan sayur yang sangat tidak proposional (dalam piring yang besar tersebut, hanya ada 1 potong brokoli kecil, satu lembar daun-daunan, dan beberapa potong wortel), sop buntut ini tetap tidak mengecewakan. Daging yang begitu empuk dan saya berasa menemukan surga sop buntut.

Beberapa waktu yang lalu, salah seorang tokoh kulineran sempat mengunjungi area ini dan beliau memberikan validasi terhadap rumah makan sop buntut yang letaknya sekitar 100 meter dari tempat ini, sayangnya. Justru, rumah makan Mang Endang selalu padat menjelang jam makan siang. Saya, pada waktu kunjungan saya, harus puas di meja yang bukan disiapkan untuk tamu. Saya harus duduk di antara lipatan-lipatan tisu. (Benar-benar pekerjaan yang sulit yang harus saya jabani! HEHEHE).

Sop Buntut Sapi
Mang Endang (Incu Ma'Emun)
Jl. Jend. Sudirman No. 60
Air Mancur, Bogor
Phone: (0251) 8379-635

Tuesday, August 3, 2010

Mutiara di Bukit Sentul

Saya akan "menyalahkan" teman-teman kantor saya untuk membuat saya jatuh cinta dengan masakan Manado. Beberapa tahun yang lalu saya sempat berwisata ke kota yang indah itu, saya juga diperkenalkan dengan beberapa makanan khas Manado, yang jujur sulit untuk saya ingat nama-nama masakannya.

Salah satu tempat makan yang menjadi kegemaran saya di area kantor adalah Rumah Makan khas Manado, Dodika. Saya mendapatkan informasi dari atasan saya (sekali lagi, seorang penggemar makanan khas daerah Manado juga dan pedatang asli Tondano!) kalau pengelolah-pengelolah masakan di Dodika itu benar-benar asli pedatang dari kota tersebut.

Kesenangan saya adalah Ikan Tude goreng (atau bakar), yang dihidangkan dengan dua jenis sambal, sambal ulekan yang berwarna merah dan sambal dabu-dabu (komplit dengan tomat kecil yang asam). Karena selera saya pribadi sangat menikmati gorengan ikan yang kering, jadi pas saja dengan penyajian Dodika

Bakwan jagung di tempat ini juga layak untuk dicoba, walau bakwan dibuat cenderung terlalu kering, tapi komposisi jagung yang manis membuat bakwan berasa nikmat. Sup ikan juga enak di sini, walau satu porsi-nya cukup untuk 4 orang, jadi kalau makan sendiri berasa saja besarnya porsi sup.

Sayangnya, Dodika berlokasi lumayan jauh dari kota Jakarta. Sentul City sekitar 45 menit dari pusat kota, hanya saja dekat dengan kantor saya. Ah, nanti siang kayaknya asik kalau pesan Manado! HEHEHE.

Dodika Resto
Plaza Niaga 1 Blok B No: 28
Sentul City, Bogor
Phone: (021) 8796 0984

Sunday, July 18, 2010

Rasa Kaki Lima, Harga Bintang Lima

Suatu malam mendadak saya ngidam makan ikan bakar. Karena takut nanti bayinya ngiler (alasan nggak jelas!), jadilah saya berkendaraan ke arah Jl. Teuku Umar, Denpasar.

Tempat makan pertama yang saya dapati adalah sebuah warung kaki lima semi permanen bernama Warung Seafood Cak Har. Letaknya yang persis di sebelah sebuah kampus membuat saya berpikir bahwa harganya akan murah meriah.

Dengan pemikiran seperti itulah maka saya tidak curiga dengan daftar menu yang tidak menuliskan harga makanan di dalamnya. Saya segera memesan menu idaman malam itu, ikan bakar dan nasi putih serta cah kangkung sebagai sayurnya.

Secara obyektif, makanan di tempat ini tidaklah istimewa. Ikan bakarnya biasa saja dan cah kangkungnya juga agak kurang segar.

Selesai makan dan merasa sangat kotor karena bermandikan asap maka saya mendatangi kasir untuk membayar. Saat itulah saya kaget setengah mati karena ikan bakar berdaging tipis khas warung kaki lima itu dihargai Rp. 40.000,-. Belum lagi cah kangkung berporsi kecilnya yang dihargai Rp. 13.000,-. Total makan saya (sendirian) di warung kaki lima malam itu tidak kurang dari Rp. 60.000,-. Sungguh harga yang fantastis (setidaknya buat saya) untuk makanan warung kaki lima di Bali.

Jadilah Seafood Cak Har masuk dalam daftar black list saya.

Warung Seafood Cak Har
Jl. Teuku Umar No. 222
Denpasar - Bali

Wednesday, June 30, 2010

Gelato Italiano!

Fakta mengenai Pisa Cafe adalah cafe ini sudah berdiri sejak 20 tahun yang lalu tepat akhir bulan April yang lalu. Spesialisasi di makanan Italia, semisalnya beragam jenis pasta, pizza dan pastinya gelato. Pertanyaan teman saya mengenai perbedaan gelato (atau gelati dalam bentuk jamak) dengan es krim sangat mengusik saya. Setelah ber-google, saya menemukan beberapa fakta di bawah ini:
  1. Perbedaan kadar lemaknya, jika es krim terbuat dari susu dan krim, makan gelato hanya menggunakan susu sebagai bahan dasarnya, hingga kadar lemak gelato hanya separuh kadar lemak es krim (bahkan di beberapa depot gelato, dinyatakan bebas lemak)
  2. Tekstur gelato lebih padat daripada es krim. Hal ini dimungkinkan karena proses pengadukan susu (dan krim tersebut). Ini juga yang membuat gelato lebih membutuhkan waktu dalam proses pembuatannya
  3. Suhu penyimpanan gelato lebih hangat daripada es krim, sehingga ketika disajikan gelato tidak sulit untuk dikonsumsi karena faktor dingin.

Ada puluhan daftar gelato di menu Pisa Cafe dan saya percaya masing-masing gelato memiliki kenikmatannya tersendiri. Jika kunjungan saya kali hanya berkesempatan mencicipi 2 dari daftar menu tersebut. Coppa Macedonia yang adalah gelato 3 rasa dengan ditemani potongan buah-buahan seperti melon, pepaya, jeruk dan stroberi. Yang kedua adalah Banana Split dengan gelato 3 rasa juga.

Saya adalah penggemar berat GELATO dan Kafe Pisa adalah firdaus-nya. I hope this line says as much as you need to know about my experience.

Kafe Pisa
Jl. Gereja Theresia No. 1
Menteng, Jakarta Pusat
Phone: (021) 3100149

Thursday, June 24, 2010

Pong!

Jika salah satu situs berita menantang pembacanya untuk rela mengantri demi sepotong tahu enak, saya yakin kalau ini adalah tantangan yang harus dijabani. Sayangnya, situs tersebut lupa juga menyampaikan tantangan-tantangan lain, misalnya kalau hujan, cipratan hujan tak akan terelakan. Belum lagi tata kota daerah Hayam Wuruk yang sangat mengancam nyawa pejalan kaki di sini.

Namun begitu, sore menjelang malam (Tahu Pong Semarang mulai beroperasi pukul 17:00), ratusan motor yang mencoba menghalangi tidak mampu memadamkan semangat kami mencapai utopia deep-fried tersebut.

Di sini, nyaris semua yang di daftar menu diolah dengan deep-fried. Baik kalau pengentahuan anda mengenai tahu pong, emplek atau gimbal sangat minim (sama seperti saya tadinya), saya akan coba menjelaskan sedikit. Tahu pong itu merupakan kependekan dari tahu kopong, tahu yang isinya kosong, sedangkan tahu emplek adalah kebalikannya, tahunya padat.

Sedangkan gimbal itu laksana bakwan udang, kalau dari foto di atas, gimbal itu potongan gede yang menutupi tahu-tahu di bawahnya. Bulat ujung sebelah kiri itu adalah telur rebus yang kemudian digoreng (deep-fried boiled egg).

Makanan khas Semarang ini dihidangkan dengan paling tidak ada 3 sampai 4 macam kecap atau sambal sebagai temannya. Ada kecap manis gurih, kuah kacang yang kemerah-merahan, sambal hijau dan sambal merah. Semuanya layak dicoba dan sama nikmatnya ketika dicocolkan ke potongan-potongan tahu atau gimbal.

Selain tahu, rumah makan ini juga menyajikan ayam goreng. Lucunya saat saya memesan paha, potongan ayam yang diberikan adalah dari paha hingga ceker, jadi benar-benar komplit yah. Oya, RM Tahu Pong Semarang itu berlokasi di jalur saya pulang ke rumah. Setelah kunjungan pertama kemarin, rasanya rumah makan ini akan jadi tempat singgahan saya kalau saya lagi pengen tahu! Pong!

Tahu Pong Semarang
Sebelah Toko Kelontong Rejeki
Hayam Wuruk, Jakarta Pusat
Phone: 081874 0893

Sunday, June 20, 2010

Berpetualang ke Tempo Dulu di Huize Trivelli

Ini adalah sebuah restoran yang untuk mencapainya kami butuh mandi peluh terlebih dahulu. Bukan karena tempatnya yang tidak terjangkau kendaraan, tapi karena memang kami tidak sengaja melewati Jl. Abdul Muis dan tidak sengaja pula melihat penunjuk Jl. Tanah Abang II. Memang benar Huize Trivelli terletak di Jl. Tanah Abang II tapi bukan di sisi tempat kami turun dari mikrolet melainkan di ujung lainnya, dekat Jl. Musi dan Jl. Cimalaya. Jadilah kami habis dipanggang teriknya matahari Jakarta siang itu.

Untungnya, begitu sampai di restoran yang rindang ini, kami segera terhibur oleh tata ruangan yang sangat unik. Peluhpun segera hilang diterpa sejuknya udara di ruang makan keluarga Trivelli. Ya, restoran Huize Trivelli memang sebuah restoran yang adalah bagian dari rumah keluarga Trivelli, keluarga keturunan Belanda yang menetap di Indonesia. Masuk ke ruang makan ini, serasa masuk mesin waktu yang membawa kami ke jaman pra-kemerdekaan.

Setelah duduk di meja makan bundar berukuran besar, berbahan kayu jati yang kokoh, pelayan berpakaian khas pelayan di era penjajahanpun datang membawakan menu. Menu di sini adalah percampuran antara menu Eropa dan Indonesia (serasa kembali ke rumah eyang saya dulu). Hampir semua makanan dan minuman di sini diberi nama yang unik. Sebut saja Nasi Bebek Goreng Empon Empon, Es Sinyoo Seneng dihati dan Bier Pletok. Dan inilah taktik dagang mereka. Nama yang unik membuat kami penasaran dan memesan.

Selesai memesan, saya segera berkeliling melihat-lihat hiasan rumah yang tertata rapi. Lukisan-lukisan, barang-barang antik, foto-foto, benar-benar memukau. Saya benar-benar kehilangan kesadaran akan dimensi ruang dan waktu karena serasa ditarik masuk ke dalam lubang yang membawa saya berpetualang ke masa lalu.

Ruang makan utama.

Ada juga ruang makan yang lebih privat.

Sayang makanan di restoran yang sangat indah ini tidak terlalu istimewa rasanya. Apalagi bila dilihat bahwa harganya tidak terlalu murah. Minumannyapun demikian. Boleh dibilang bahwa restoran ini lebih menjual suasana daripada makanan dan minumannya.

Saran kami, pilihlah menu makanan Eropa dan jangan cobai bebeknya.

Huize Trivelli
Jl. Tanah Abang II No. 108
Tjideng - Jakarta Pusat 10150
Telp: 021-386 5803 / 351 0467
Fax: 021-386 5803
E-mail: info@huize-trivelli.com
Website: www.huize-trivelli.com

Thursday, June 10, 2010

Berkunjung ke Roemah Nenek



Ini bukan rumah nenek saya. Tapi ini adalah sebuah restoran di bilangan Taman Cibeunying, Bandung. Bagaimana saya bisa sampai disitu, adalah sebuah keajaiban, karena saya benar-benar nggak kenal jalan-jalan di Bandung. Berbekal sebuah peta hasil coret-moret seorang saudara yang gagap menyebut KFC (dia nyebutnya kei-ef-ci), saya mencoba menjelajah labirin kota Bandung nan padat disiang hari.

Setibanya disana (syukurnya tanpa kesasar), yang saya dapati adalah sebuah rumah bergaya tempo doeloe nan adem oleh pepohonan rindang. Dekorasi restoran ini sederhana. Tidak neko-neko. Benar-benar layaknya rumah nenek nan asri dan siap menanti cucu-cucu yang rindu akan kehangatan khas eyang.

Makanan yang ditawarkan cukup beragam. Mulai dari makanan barat (steak, dan lain-lain), makanan Sunda, dan makanan Indonesia pada umumnya. Di dalam buku menu juga disebutkan makanan-makanan khas Roemah Nenek yang cukup unik. Saya jelas memilih makanan unik itu. Dan pilihan jatuh pada Nasi Pepes Bakar (nasi putih yang pulen, dipepes bersama potongan daging ayam, ikan asin, pete, dan sayuran, kemudian dibakar). Untuk minuman saya pilih Jahe Rempah Spesial (seduan jahe, daun sereh, teh, gula merah, kayu manis, cengkeh, dan daun pandan) yang benar-benar menghangatkan badan nan kedinginan digigit udara Bandung yang mendung seharian.

Puas dengan makanan ronde pertama, saya mulai menggila menelusuri daftar menu untuk makanan ronde kedua. Maklum, makanan di resto ini bisa dibilang murah sehingga saya bisa bebas tambah makanan. Pilihan jatuh pada Kambing Bakar. Sayang pilihan saya kali ini kurang tepat. Rasanya yang nggak jelas dan porsinya yang sangat kecil membuat saya kecewa beberapa jenak. Untung saya juga memesan Iga Bakar. Dan Iga Bakar itu benar-benar mengobati rasa kecewa saya. Rasanya yang enak dengan saus yang meresap, serta daging yang empuk, berhasil membuai lidah yang hampir menyatakan protes.

Secara keseluruhan, resto ini patut dapat acungan jempol. Suasananya dapet banget. Perabot jadul (minjam istilahnya pak Bondan) yang selalu melekat dalam bayangan saya tentang rumah seorang nenek ada disana. Makanan dan harganya cukup masuk akal. Pelayanannya cepat. Dan yang nggak kalah penting, di Roemah Nenek yang satu ini, saya bisa menyalurkan hasrat ber free wifi! Rumah nenek mana lagi coba yang bisa begini???

Roemah Nenek
Jl. Taman Cibeunying Selatan No. 47
Bandung - Indonesia
Telp/Fax: (+62-22) 727 1745

Sunday, June 6, 2010

Hiu, Ganja dan Kepiting

(ki-ka/atas-bawah) Ikan hiu gulai, Sambal Ganja, Mie Goreng Kepiting, Ikan Kayu (Keumamah)

Saat pertama kali saya menuliskan post tentang mie Aceh Meuthia, di antara teman-teman saya terbagi menjadi 2 kubu. Kubu yang pertama menyukai mie Aceh Meuthia, namun sebagian teman-teman saya menyarankan saya untuk mengunjungi Seulawah, yang letaknya masih satu jalan raya dengan Meuthia, tetapi masih jauh masuk ke dalam.

Karena letaknya yang lumayan jauh, saya beberapa kali sempat menyerah dan menyarankan tempat makan yang lain (jangan membiarkan alamat dengan nomor 8 menipu, walau katanya nomor 8, tapi rumah di Bendungan Hilir itu acak-kadut, jadi jangan berharap menemukan angka 8 setelah angka 7).

Tapi begitu menemukan papan besar bertuliskan Seulawah, rasanya tidak sia-sia jarak jalan kaki yang saya tempuh itu (iya, ketahuan sekali kalau saya kurang berolah-raga). Saya sudah membayangkan mie goreng Aceh yang terkenal dengan rempah-nya dan biasanya dihidangkan dengan super-panas. Begitu masuk di rumah makan tersebut, saya melihat ada beberapa publikasi cetak yang dibingkai dan dipajang di dinding rumah makan ini.

Selain mie goreng aceh yang menjadi andalan mereka, ternyata ada beberapa masakan lain yang membuat Seulawah dikenal khalayak ramai. Ikan kayu (atau Keumamah) yang masakannya seperti suwiran ikan tongkol yang bentuknya seperti klupasan kulit kayu (HAHAHA), namun rasanya asin dan sedikit manis di ujung setiap kunyahan. Buat saya (turunan dari ibu saya nih), sayur ikan kayu, nasi putih panas dan sambal hijau sudah cukup sebagai menu makan siang.

Menu lain yang membuat alis saya berkenyit adalah gulai ikan hiu. Bentuk masakannya sendiri seperti gulai pada umumnya dengan potongan-potongan ikan. Saya sempat sedikit ragu untuk mencicipi masakan ini, karena beberapa artikel yang saya baca, kalau ikan pemakan ikan biasanya mempunyai tingkat mercury yang tinggi. Namun, saya coba saja satu potong dan rasanya seperti ... ikan, hanya bumbunya sendiri sangat aromatik dan gurih.

Sambal ganja juga sangat menggelitik rasa penasaran saya, yang pendapat saya seperti urap sayur hasil blender. HAHAHA. Sambal ganja (lucunya di Seulawah, tulisan ganja di sini memakai tanda petik) adalah campuran daun-daun (hanya sang juru masak dan Tuhan yang tahu apa isinya), belimbing wuluh, buncis dan udang (atau ikan) yang sudah halus. Beberapa situs masak menuliskan kalau sambal ini menggunakan kakas atau di Aceh dikenal sebagai biji ganja. Alhasil dari acara makan di sini kami berlima, tidak ada yang mabuk atau berhalusinasi.

Dan tentu saja, pesanan wajib adalah mie goreng kepiting! Seperti mie-mie Aceh pada lainnya, bumbu yang diracik dari berbagai rempah sangat berasa (bahkan Seulawah menuliskan kalau bumbu mereka didatangkan khusus dari Aceh). Nah kalau saya ditanya, saya itu termasuk kubu mana dalam hal mie Aceh goreng, saya akan bilang saya kubu dari tempat makan yang satu lagi. HAHAHAHA.

Hoya, catatan lain dari kunjungan saya, warna masakan Aceh itu sangat indah yah. Saya suka warna gulai yang kuning keemasan, warna daun rebus yang hijau, warna sambal yang merah, hijau bahkan putih kecoklat muda (warna sambal ganja Aceh).

RM Khas Aceh Seulawah
Jl. Bendungan Hilir Raya No. 8
Jakarta Pusat
Phone: (021) 5708660

Wednesday, June 2, 2010

Bakmi Camat Tan

Awalnya saya sedikit keberatan untuk mengunjungi tempat makan bakmi dalam rangkaian wisata kuliner. Ini biasanya karena konsumsi bakmi cenderung menghabiskan kapasitas perut, sehingga membatasi kesempatan saya untuk menikmati menu-menu lainnya. Namun, satu teman saya sangat berkeras-hati (atau mungkin hati kami luluh saja melihat mukanya yang miris) kalau kami harus mampir di Bakmi Tan.

Jalan Mangga Besar IV tidak terlalu jauh dari belokan Olimo, kurang-lebih sekitar 500meter di sebelah kanan jalan utama Mangga Besar (jika arahnya dari Hayam Wuruk). Bakmi Tan sendiri terletak sekitar 4 rumah dari kantor pajak Mangga Besar.

Saya memesan bakmi Tan dengan pangsit dan teman saya memesan bakmi Tan dengan bakso. Bentuk bakmi-nya sendiri seperti bakmi Pontianak pada umumnya, lurus dan tidak terlalu tipis, tetapi tidak terlalu tebal juga. Mungkin yang menggugah rasa penasaran saya adalah lauk Bakmi Tan. Selain ayam kampung kukus (seperti bakmi pada umumnya), juga terdapat potongan-potongan (seperti) bakwan tipis, yang mungkin akan lebih mantap lagi kalau digoreng lebih garing.

Kuah bakmi (dan pangsitnya sendiri) terdapat gumpalan-gumpalan minyak babi kering dan gorengan bawang putih yang membuat kuahnya semakin gurih. Di setiap meja, Bakmi Tan juga menyediakan satu stoples berisi gorengan minyak babi, sehingga setiap pengunjung dapat menambahkan sesuai selera.

Dari kenikmatan bakmi-nya, Bakmi Tan tidak terlalu istimewa, tetapi satu hal yang perlu saya ancungin jempol yaitu lauk yang lumayan banyak dan khususnya pernak-pernik kuah sehingga baik bakmi mapun kuahnya, sama-sama lezat.

Bakmi CamatTan
Jl. Mangga Besar IV No. 4D
Jakarta Pusat
Phone: (021) 4655 5815

Sunday, May 30, 2010

Bakmi Toko Tiga

Berlokasi di daerah chinatown-nya Jakarta, Bakmi Toko Tiga diambil dari nama jalan yang sama, yaitu Toko Tiga Seberang. Konon, menurut sejarah hasil google-an saya, nama jalan ini timbul karena dulu hanya ada 3 buah toko di daerah ini. Kreatif juga! Gak kebayang kalau misalnya jumlah tokonya itu ada 1972, bakal repot nyebutinnya. HEHEHE.

Bakmi Toktig, walau tidak sepopular Bakmi GM atau GK sekalipun, namun memiliki beberapa cabang di Jakarta. Perhatikan seksama, karena rasanya hanya Bakmi Toktig di daerah pecinaan yang mengandung babi.

Saya dalam kunjungan saya, memesan bakmi spesial. Disebut demikian, karena bakmi ini paling komplit isinya, ada ayam, jamur lengkap dengan pangsit kuah dan bakso. Bakmi kecilnya mungkin tidak sewangi dan segurih Bakmi Orpa atau Bakmi Alok, bakmi Toktig layak membanggakan pangsit kuahnya.

Saya berani bilang kalau pangsit di sini salah satu pangsit paling enak di Jakarta. Pangsit halus, tapi tidak sampai hancur dan isinya ayam, babi dan potongan udang berbaur dan menciptakan sensasi sendiri.

Sayang, untuk mencapai bakmi Toktig di Toko Tiga dapat menciptakan kesusahan karena kemacetan dan keruwetan daerah Glodok - Pancoran.

Bakmi Toko Tiga
Jl. Toko Tiga Seberang No. 56A, Pancoran
Jakarta Pusat
Phone: (021) 630 4131

Wednesday, May 26, 2010

Pempek @bing

Okay, jika anda membaca judul post ini dan anda masih bertanya: "@bing itu di mana sih?" Ada beberapa kemungkinan yang menjelaskan anda itu siapa: (1) Anda baru saja dibebaskan dari penjara. (2) Anda bukan penduduk Jakarta. (3) Anda berusia di bawah 12 tahun (if you are not 16 years old, please make sure that your mother is beside you when you read this blog).

Mengapa saya berkata begitu? Wah, @bing itu sudah terlalu popular, hingga saya menceritakan pengalaman saya makan pempek @bing itu berasa seperti saya menjelaskan cara bernafas kepada anda. Anda tentu sudah tahu dong cara bernafas? HEHEHE. Kecuali kalau yang membaca post saya ini adalah sebuah toaster (okay, I've lost it).

Yah, kembali ke @bing (penulisan dengan @ menggantikan huruf A sangat mengganggu), saya pertama kali dicelikan pengetahuannya akan rumah makan ini oleh sahabat saya, Hendro (yang saat ini sedang berada di negeri Singa di sana). Saya ingat sekali bagaimana Hendro menertawakan saya dan ketidak-tahuan saya akan keberadaan pempek ini.

Sejak saat itu, saya selalu merujuk ke tempat makan ini untuk referensi pempek di Jakarta (walau ada beberapa orang yang percaya masih ada tempat yang lebih enak daripada di sini). Selayaknya bagaimana pempek selalu disajikan dalam kondisi habis goreng, pempek @bing selalu berasa ikannya dan bumbu cuka-nya yang wangi (bisa jadi karena jumlah udang keringnya lumayan banyak).

Oya, pernah satu kali saya membungkus pempek @bing untuk dibawa pulang, alhasil saya ditegur (dan dipelototin) oleh puluhan orang yang berbagi Transjakarta dengan saya karena wangi cuka dan ebi yang menerebak kemana-mana. Yah, demi menikmati potongan-potongan pempek kapal selam yang lembut dan garing (tapi tidak seperti mengunyah karet, selayaknya beberapa tempat pempek lainnya) dengan kuah cuka nya yang pedas, asin dan sedikit manis itu, saya rela malu dan dipelototin orang. Yah, nasib!

Pempek @bing
Jl. Dr. Satrio No. 275 / 16C, Casablanca
Jakarta
Phone: (021) 98104914

Sunday, May 23, 2010

Kudapan Oey!

(ki-ka/atas-bawah) Ice Cappuccino - Es Teh Daun Mint - Milo Dinosaurus - Banana Fritter

Teman saya sempat kaget ketika saya bilang saya akan menulis post mengenai kopitiam Oey. Alasan dia adalah saya tidak benar-benar mendalami menu. Memang, kunjungan saya itu, saya hanya memesan 2 macam kudapan dan 4 jenis minuman (yang tentunya dinikmati bersama-sama dong, saya tidak segila itu!). Yah, akurat atau tidak akurat, saya mungkin akan mengunjungi kopitiam ini dan kemudian (mungkin) menambahkan post ini.

Kata kopitiam sendiri, konon berasal dari bahasa TioCiu, yang kalo diartikan ke Bahasa Indonesia menjadi Warung Kopi. Tak heran juga, suasana warung kopi di sini sangat kental budaya Cina jaman doeloe. Mulai dari meja, lukisan yang digantung sampai menu-nya.

Saya menikmati sekali Banana Fritter, yaitu pisang yang digoreng lalu dihidangkan dengan es krim vanilla dan saus coklat. Lumpia udangnya biasa saja. Semua minuman di sini, dari Ice Cappuccino, Es kopi Sisilia, Es Teh dengan Daun Mint sampai Milo Dinosaurus kurang sesuai dengan selera saya, tapi tidak buruk sama sekali.

Teman saya menyarankan saya untuk mencoba menu makan siang-nya. Sayangnya waktu itu sudah sore menjelang malam, tampaknya menu makan siang terlihat begitu berat.

Kopitiam Oey
Jl. H. Agus Salim No. 18
Jakarta Pusat
Phone: (021) 3924475

Wednesday, May 19, 2010

Shake Please, Don't Just Stir!

Bayangan pertama yang muncul di dalam kepala saya ketika membaca kata sate adalah daging yang dihidangkan dengan tusukan lidi, biasanya dihidangkan dengan bumbu kacang atau bumbu saos padang. Di RM Sate Domba Africa, kata sate tidak sepenuhnya menyangkut daging yang ditusuk dengan lidi tersebut, bahkan persiapannya pun lumayan unik.

Layaknya memesan martini, daging yang dipanggang dikumpul dalam satu panci kecil, lengkap dengan bawang bombay-nya lalu di-shake untuk beberapa waktu lalu dihidangkan di piring kecil. Satu porsi sate daging domba juga tidak terlalu besar.

Saya punya pengalaman kehabisan sate domba dalam beberapa kali kunjungan ke tempat ini, jadi Sabtu lalu, saya sangat berharap untuk dapat mencicipi sate domba Africa, yang konon tingkat korestrol-nya rendah dan daging domba-nya yang garing dan gurih. Saya sebelum mengunjungi RM Sate Domba ini, sempat berpikir kalau laksana kambing, daging domba mungkin akan meninggalkan sedikit wewangian yang sulit dihilangkan.

Ternyata saya salah, tidak tahu apakah karena hasil panggang atau irisan bawang bombay yang menculik wewangian itu, saya menikmati daging domba tanpa ada rasa takut itu. Bahkan potongan-potongan kecil sangat garing dan gurih.

Selain sate domba, menu andalan di sini adalah sate pisang. Yang mana pisang adalah pisang goreng yang kemudian dituang susu dan taburan keju. Buat anda, penggemar kudapan manis, sate pisang ini tak boleh dilewatkan.

Sate Domba Africa
Jl. Prof. Dr. Satrio No. 184 (Casablanca)
Jakarta Selatan
Phone: (021) 5276387

Tuesday, May 18, 2010

Ferrero Rondnoir

Siapa yang tidak mengenal Ferrero Rocher? Saya ingat sewaktu saya masih kecil, saya tidak pernah merasa bosan menikmati coklat ini. Hingga saat ini, saya selalu merasakan sensasi yang sama, mulai dari membuka bungkusan emas dari coklat yang berbentuk bulat kasar. Gigitan pertama yang renyah dan manis. Kemudian kacang hazel di tengah coklat menjadi kejutan yang manis dan spesial.

Sedikit sejarah, Rocher diproduksi oleh perusahaan Italia, yaitu Ferrero. Sedikit trivia yang lucu, bagi orang keturunan Tionghoa, Rocher digemari karena bungkusan emasnya. Coklat ini menjadi simbol kemakmuran dan uang. Dalam bahasa Perancis, Rocher artinya batu bulat.

Minggu lalu, saya sangat beruntung sekali mendapatkan hadiah kecil dari pacar saya, yaitu produk baru dari Ferrero, yaitu Ferrero Rondnoir. Rondnoir (atau bulat hitam) dikemas dalam bentuk yang sama dengan Rocher, hanya dalam warna bungkusan yang lebih gelap.

Bagi penggemar dark chocolate, Rondnoir adalah canduan terbaru kalian. Dengan sensasi yang sama yang diciptakan saat kunyahan pertama, tetapi kali ini Rondnoir mengakhiri dengan cairan dark chocolate yang memberikan sedikit tambahan rasa pahit. Rondnoir seperti obat yang memanipulasi lidah.

Ferrero Rondnoir isi 12 ini membuat saya ingin terus menikmati namun meninggalkan rasa sedih ketika saya sampai pada bulatan terakhir. Saya diinformasikan bahwa hingga saat ini, Ferrero Rondnoir belum dapat ditemukan di Jakarta. Harga Ferrero Rondnoir isi 12 sekitar 7SGD atau sekitar 50ribu Rupiah.

Sunday, May 16, 2010

Lesehan Malioboro

Jum'at lalu, sehubungan dengan tugas, saya berangkat ke Yogyakarta dan menginap selama 2 malam di kota yang terkenal dengan gudeg, bakpia, batik dan kaos Dagadu. Sayangnya, karena jadwal bekerja yang gila-gilaan, saya tidak dapat menyempatkan diri untuk mengenal kota yang cantik ini.

Tapi malam terakhir saya di sana, saya menyempatkan diri bersama beberapa teman untuk menelusuri jalan Malioboro dan laksana turis pada umumnya sangat terkesan dengan lesehan-lesehan yang berjejer di hampir separuh jalan Malioboro. Berikut adalah 2 cara pandang terhadap kesan saya di lesehan di jalan yang terkenal ini.

Dengan euphoria turis: Saya menikmati keramaian jalan Malioboro di malam Minggu dengan berada di mana saya semestinya berada (istilahnya: signature venue). Saya dengan lesehan, makan tanpa menggunakan sendok-garpu, tapi dengan jari menjadikan diri saya sebagai bagian dari kota yang indah ini. Musisi jalanan yang terus-menerus mengumandangkan lagu-lagu Kla Project, Chrisye, Ebiet G. Ade sampai Luna Maya menjadikan malam itu seolah-olah tak akan terlupakan dan indah.

Tanpa euphoria turis: Makanan yang saya pesan (pecel lele, tahu goreng, nasi uduk, ikan bawal, gudeg dengan ayam goreng) adalah bencana. Saya mempertanyakan apakah sambal yang menyertai pecel lele saya itu masih layak untuk dikonsumsi. Tahu gorengnya standard banget, bahkan berasa sedikit kurang segar. Nasi uduknya lembek dan dingin, saya berasa mengunyah kentan yang di-eskan. Ayam gorengnya alot, bahkan bebekpun kalah alot.

Mungkin dari jejeran rumah makan lesehan itu ada yang lebih baik, tetapi serius dari beberapa situs hasil google saya untuk referensi tempat makan di kota ini, saya tidak pernah mendapatkan rujukan untuk makan di sini.

Saya tidak kecewa (yah, mungkin sedikit deh) dan saya percaya masih banyak sudut-sudut kota Yogya yang belum saya kunjungi untuk mendapatkan pengalaman kuliner yang WAH! Ada teman yang berbijak dan berkata: untuk mengenal kotanya, kenalin tempat makannya. Saya berharap dalam kesempatan mendatang, saya dapat lebih mengenal kota yang cantik ini.

Yah, tapi kalau anda masih tenggelam dalam euphoria sebagai turis yang ingin merasakan indahnya kota Yogya di malam hari, tak ada salahnya anda berlesehan di salah satu rumah makan ini. Saran saya, cukup pesan minum dan kudapan yang manis.

Ta Wan Restaurant

Teman baik saya dan saya selalu berbeda pendapat dalam soal makanan dan rumah makan, tetapi kami mempunyai satu pendapat yang sama tentang Ta Wan, yaitu Ta Wan itu rumah makan mewah dengan harga terjangkau. Ta Wan adalah tempat yang paling pas untuk merayakan ulang tahun, karena faktor ekonomisnya itu. HEHEHE.

Salah satu menu kesukaan saya di Ta Wan adalah the three flavor porridge. Bubur dengan nama unik ini dihidangkan lengkap dengan udang, ikan dan ayam. Biasanya saya juga menambahkan dengan memesan ayam rebus (steam chicken) dan tak lupa makanan penutup berupa pudding mangga.

Di luar faktor kombinasi lauknya, bubur Ta Wan selayaknya seperti bubur biasa. Saya lebih menikmati ayam rebus-nya, karena beberapa rumah makan menyajikan ayam rebus terlalu kering, sedangkan Ta Wan menyajikannya sedikit berminyak.

Hoya, total jumlah yang harus saya bayar cuma sekitar Rp. 60.000,- termasuk tips. Lumayan murah bukan untuk rumah makan yang lumayan mewah ini?

Ta Wan Restaurant
Emporium Pluit Mall Level 4
Jl. Pluit Selatan Raya Blok S - 6
Kawasan BCD Pluit

Friday, May 14, 2010

Selamat Ulang Tahun, Mama!

Adalah tradisi bagi ibu saya untuk mempersiapkan sebuah acara makan malam besar ketika beliau sedang merayakan ulang-tahunnya. Yah mau dibilang besar juga tidak. Tetapi adalah kesukaan bagi beliau untuk mempersiapkan acara makan, mulai dari menyusun menu, belanja di pasar tradisional sampai mengupas-ngupas bawang.

Mama lahir di Medan, sebagai keturunan Tionghoa Hokkian dengan ibu seorang Bali, yang migrasi tinggal di kota Medan. HEHEHE. Jadi kebayang saja, pengaruh itu terhadap masakan ibu saya. Tanggal 12 Mei 2010, ibu saya merayakan ulang tahunnya dengan mempersiapkan 10 hidangan.

Sebagai anak yang baik juga, saya selalu menyukai masakan ibu saya (anak mana yang tidak hayo?). Ibu saya memang mempunyai bakat dan hobby dalam hal masak-memasak dan saya punya hobby menikmati masakan. Jadi klop saja.

Sup Tim Obat Ayam Kampung
Sup ini sangat nikmat, mudah dan yang penting sehat. Dengan rempah-rempah yang biasanya di beli di toko obat Cina atau toko yang menjual rempah-rempah di pasar Pluit, ayam kampung direbus saja dan tunggu sampai matang.


Pangsit Goreng isi Daging
Ibu saya penggemar berat pangsit, jadi jangan heran kalau pangsit yang bentuknya sedikit berbeda ini adalah kesukaan beliau. Berbeda karena biasanya pangsit itu, melebar kulitnya dan isinya bulat kecil di tengah. Ibu saya selalu melebih-lebihkan isi pangsit.


Udang Tauco Cabe
Yah, ini boleh dibilang masakan yang paling sering dibuat oleh ibu saya (dan sekarang kakak perempuan saya). Menurut kakak saya, ini sangat gampang, gak repot dan bisa tahan berhari-hari. Walau ibu menekankan pada udang, sebenarnya bisa diganti dengan tempe dan tahu .. dan tetap dapat tahan berhari-hari. HEHEHE.


Udang Goreng Mentega
Ibu saya selalu berkata, cukup siram udang dengan air panas dan oleskan mentega atau dicocol dengan cabe rawit dan kecap asin, itu sudah enak.


Brokoli Tumis
Keponakan saya, Billy selalu merujuk brokoli sebagai sayur bunga dan brokoli adalah sayur kesukaan saya, jadi saya senang saja.


Kepiting Asam Manis
Ini yang menjadi jagoan di malam ulang tahun ibu saya, dalam artinya habis duluan. HEHEHE.


Mie Goreng
Mie di dalam perayaan ulang tahun menurut kepercayaan orang Tionghoa menandakan umur yang panjang. Dengan tamu (dalam konteks ini, saya dan keluarga saya) menikmati mie goreng, artinya kami memohon agar yang berulang tahun diberikan umur yang panjang. NB: Yah, itu adalah telur puyuh dan iya, telur puyuh mengandung tingkat lemak tertinggi, bahkan dibandingkan bebek sekalipun. Tapi saya cuma icip satu buah.


Ayam Rendang
Ini juga adalah salah satu masakan yang menurut ibu saya masih akan nikmat jika dinikmati keesokan harinya. Dan dia benar.


Sapi Lada Hitam
Saya suka sekali melihat perpaduan warna paprika hijau, merah dan daging sapi. Sebagaimana saya menikmati keindahan perpaduan warnanya, saya juga menyukai rasanya.


Iga Babi Tauco
Yah, ini mungkin satu-satunya asli masakan Hakka. Rasanya asin buanget kalau dicicipi begitu saja, tapi kalau dengan nasi panas-panas, rasanya mantap, bahkan hanya dengan kuahnya saja, saya sudah cukup.