Monday, September 27, 2010

Soto Betawi Pinangsia

Pertama kali saya datang ke Soto Betawi Pinangsia ini, saya datang lumayan sore, sekitar pukul 17:00 dan naasnya saya hanya menemukan kalau Pinangsia sudah tutup. Dengan kecewa dan tekad serta rasa penasaran, saya memutuskan untuk datang ke Mangga Dua Mall di hari Sabtu di waktu makan siang.

Walau dalam desakan orang-orang di mall dan khususnya di Pinangsia yang lumayan ramai, saya mendapatkan meja dan tentunya bisa memesan soto betawi yang tampaknya menjadi andalan di tempat ini.

Soto betawi di sini naasnya akan dihidangkan dalam bentuk sangat pucat dan tawar. Jadi pelanggan diberikan "tugas" untuk meracik sendiri bumbunya. Naasnya lagi, saya termasuk orang yang bodoh dalam menakar komposisi jumlah kecap manis, garam dan sambal yang tepat untuk menghasilkan soto dengan rasa sempurna. Alhasil beberapa kali soto betawi saya rasanya seperti kolak.

Tetapi saya belajar dari pengalaman-pengalaman bodoh saya dan biasanya saya kalau makan sendiri, selalu meminta pelayannya untuk menambahkan kecap manis, garam dan jeruk nipis langsung sebelum dihidangkan. Walau kadang saya menerima tatapan sinis, tetapi saya terhindar dari keharusan menghabiskan soto kolak. HEHEHE.

Sotonya sendiri (kalau diracik dengan benar) enak, daging-nya juga tidak alot. Atribut soto betawinya juga tidak terlalu ramai, cuma ada daging, potongan-potongan tomat, emping dan taburan daun bawang beserta bawang goreng.

Pinangsia juga menyajikan makanan yang lain, seperti sate ayam/kambing dengan bumbu kacang (sate ayam di sini sangat lembut dan bumbunya pas buanget!), gado-gado dan rujak. Oyah, minuman es jeruk kelapa juga merupakan minuman popular juga. Saya suka, bah!

Soto Betawi Pinangsia
Mangga Dua Mall Lt. 3 No. 1
Jakarta
Ph. (021) 612 8852

Thursday, September 23, 2010

Liar demi Dim Sum


Beberapa waktu yang lalu, saya bertemu dengan beberapa mantan rekan kerja saya untuk bersarapan bersama. Saya diberitahu kalau tempat untuk bertemu nanti di Sands, Mangga Dua untuk dim sum. Saya sering mendengar Sands disebut-sebut, tetapi ini menjadi kali yang pertama saya mengunjungi tempat itu.

Karena masa liburan di Jakarta, jalanan menjadi lumayan lowong. Mangga Dua Square sendiri lumayan sepi. Bahkan karena liburan ini, sulit sekali untuk menemukan Sands. Saya harus naik lift, tukar lift, naik escalator, turun tangga dan akhirnya tiba di depan Sands Ballroom.

Saya, yang notabene baru pertama kali mengunjungi Sands, tentu saja bingung melihat keramaian yang ada. Ternyata di hari libur itu, pengunjung Sands malah membludak. Kami harus menunggu sekitar 20menit sebelum kami dipersilakan masuk ke dalam rumah makan tersebut. Begitu di dalamnya, ternyata berada di Sands itu seperti layaknya sedang berada di tengah-tengah acara pernikahan adat Cina. Orang berlalu lalang, ramai dan penuh dengan meja bundar.

Lebih serunya, ketika kereta yang berisi bakul-bakul kukusan dim sum atau gorengan dim sum keluar dari dapur, tiba-tiba semua orang lari meninggalkan mejanya dan mengelilingi kereta tersebut dan tanpa aba-aba, mereka langsung berebut mengambil dimsum. Mungkin di sini letaknya seni menikmati makanan all-you-can-eat.

Untuk porsi all-you-can-eat dim sum (yang mana tersedia juga a la carte), Sands boleh dibilang lumayan. Walau dim sum popular, seperti hakaw atau siumay nyaris tidak pernah terlihat oleh mata, tetapi dim sum pilihan lainnya sangat beragam dan enak.

Setelah beberapa kali saya didahului (baca: disikut) oleh orang lain, bahkan beberapa kali karena tata krama untuk mendahulukan perempuan dan orang tua, saya menyadari saya perlu menjadi agresif dan tentunya strategi. Saya bersama teman saya (yes, you laoshi! HEHEHE) menyusun strategi dengan menentukan jalur terpendek dari meja tempat kami duduk sampai pintu keluar kereta dorong tersebut.

Alhasil, rasanya lebih dari 30 bakul bertumpukan di meja kami dan perut saya sedikit membulat dalam perjalanan pulang. Harga all you can eat per-pax sebelum pajak adalah Rp. 38.800,- pada waktu saya berkunjung.

Sands Ballroom and Dining Theatre
Mangga Dua Square Lt. 5
Jl. Gunung Sahari No. 1, Jakarta
Ph. (021) 6231 2888

Monday, September 20, 2010

Wiskul ke Solo: Nasi Timlo

Beberapa waktu yang lalu, saya mendapatkan kesempatan yang istimewa untuk mengunjungi kota Solo selama 4 hari. Kesempatan yang awalnya tampak seperti tanggung jawab berat yang wajib untuk dijabani (yang pada kenyataan memang berat), berakhir menjadi petualangan yang berkesan dan menyenangkan.

Saya menikmati kunjungan ke Pasar Klewer, yang tidak jauh berbeda dengan pasar Tanah Abang atau Pasar Pagi Mangga Dua di Jakarta. Hanya saja mayoritas toko di Pasar Klewer menjual batik. Di mana mata memandang, saya hanya melihat batik, batik dan batik. Bersyukur untuk teman baru saya, Mas Anton dan Mbak Arie, yang tampaknya tahu titik-titik penjualan batik yang murah dan berkualitas. Makasih yah Mas dan Mbak! HEHE.

Adalah juga ide dari Mas Anton dan Mbak Arie untuk menikmati makan siang di rumah makan yang tidak hanya namanya yang unik, tempatnya juga unik. Warung Makan Es Masuk mungkin sulit ditemukan bagi mereka yang tidak memiliki sistem GPS hidup seperti kami (hehehe, sekali lagi, makasih yah mas dan mbak). Berlokasi di pekarangan rumah kuno, rumah makan Es Masuk menawarkan makan siang khas Solo, nasi Timlo.

Saya memesan nasi Timlo komplit. Nasi timlo itu pada dasarnya seperti kuah soto bening yang kemudian dicampur dengan nasi. Nasi timlo berkuah ini, selain nasi, lauknya ada telur semur, daging ayam, jamur kuping, jeroan, wortel, keripik kentang lengkap dengan daun bawang dan bawang goreng. Berbeda dengan soto yang justru dikategorikan makanan "panas", nasi timlo, walau dihidangkan dalam kondisi panas justru mengademkan (menurut saya loh).

Saya menikmati sekali kegurihan dan keunikan dari nasi ini sambil sesekali berpikir: kenapa yah tidak dinamakan nasi sup timlo, misalnya? Biar lebih kebayang bentuknya seperti apa. HEHEHE. Selain nasi timlo, ada juga teman makan yang lain yang tersedia untuk dipilih, misalnya sate udang, sate kulit ayam dan sate perkedel kentang yang bisa dijadikan teman bersantap nasi timlo ini.

Sayang sekali, kunjungan kali ini ke Solo benar-benar tidak untuk wisata, jadi beberapa tempat kulineran (atau jenis makanan) masih hanya kisah bagi saya (belum menjadi pengalaman). Semoga di kesempatan mendatang (dan harus), saya dapat mengunjungi kota yang ramah dan indah ini, tapi kali ini dalam kapasitas berwisata.

Sampai jumpa lagi, Solo!

Warung Makan Es Masuk
Jl. Yos Sudarso No. 233
Solo

Monday, September 13, 2010

Bihun Bebek 75, Pluit

Saya tidak pernah melihat diri saya sebagai orang yang sulit dalam mengenyangkan perut. Saya bukan tipe pemilih, namun pada beberapa kesempatan tertentu selayaknya manusia pada umumnya, saya mempunyai keinginan-keinginan tertentu.

Seperti pada malam itu, saya tiba-tiba menginginkan bihun goreng dan saya teringat papan iklan Bihun Bebek di Pluit Sakti. Bihun Bebek 75 menyediakan 2 jenis bihun, bihun kuah dan bihun goreng sea food.

Bihun goreng sea food menurut saya biasa saja. Tidak istimewa, tetapi tidak buruk juga. Saya menikmati bihun gorengnya (yang mana kemungkinan besar didorong oleh rasa ingin yang mengebu-ngebu). Lauk bihun gorengnya terlalu sederhana menurut saya. Satu porsi bihun hanya terdapat 2-3 ekor udang, bakso ikan dan potongan-potongan gorengan bakso (antara ikan atau daging).

Lalu bihun kuah, berbeda dengan bihun goreng, bihun kuah ditemani oleh kuah yang dimasak dengan resep rempah-rempah yang biasanya dibeli di toko obat cina. Kuah yang unik ini, yang mana ibu saya suka sekali memasak kuah ini justru membuat bihun rebus bebek ini terasa istimewa, walau bihun berasa sedikit tawar dan kurang tajam, namun kuah yang istimewa ini membuat bihun ini begitu berbeda.

Bihun Bebek 75
Jl. Pluit Sakti Raya No. 49
Jakarta Utara
Phone: (021) 669 3980

Sunday, September 12, 2010

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H

Kulineran mengucapkan selamat merayakan hari raya Idul Fitri 1431 H. Mohon maaf lahir dan batin kalau ada salah kata. Sabar yah, 2 hari lagi kami akan mulai kembali mengaktifkan blog ini. Terima kasih.