Saya mempunyai dua orang sahabat yang kalau diajak ngobrol tentang makanan pasti nyambung saja. Diana dan Clifford, yang kebetulan kalau pulang dari kantor, kita melewati rute yang sama. Karena dua hal ini, gak heran kalau kami (tergantung mood dan ketebalan kantong juga) menyempatkan diri untuk memanjakan alat pengecap.
Salah satu tempat makan yang menjadi tempat nongkrong kesukaan kami itu adalah Siomay Raden Saleh. Karena lumayan sering kami nongkrong di tempat ini, gak heran kalau kami sudah menggunakan nama depan dengan si penjual siomay, Hendri. Kami merujuk tempat nongkrong murah-meriah-mantap ini dengan panggilan Siomay Hendri.
Apa yang membedakan Siomay si Hendri dengan siomay-siomay lainnya? Bukannya makanan-makanan seperti siomay atau bakso itu begitu umumnya, sehingga standard untuk menentukan satu lebih enak daripada yang lain itu buram banget.
Nah, siomay Hendri ini kerasa banget asli ikannya, jadi bukan gumpalan tepung sebagaimana siomay yang dijual dengan sepeda pada umumnya. Bumbu kacangnya itu sulit untuk dituangkan dalam kata-kata, membayangkan saja saat ini membuat saya lapar lagi. Yang paling penting, Hendri itu boros banget menuangkan bumbu kacangnya.
Kalau lagi musim-nya makan siomay (emang ada yah musimnya? HEHEHEHE. Maksudnya lagi ramai-ramai-nya), Hendri cuma jualan dari jam 5:30 sampai jam 6:00 sore. Saya tidak bercanda untuk hal ini. Siomay satu panci gede itu bisa habis dalam waktu 30menit sampai 1 jam. Siomay Hendri juga merupakan satu-satunya tempat makan yang saya harus tungguin, karena pernah sekali, saya tiba duluan dan Hendri (dengan sepeda ontel-nya) kejebak macet. HEHEHE.
Siomay Hendri
Depan tempat photocopy Ragil
Depan rumah makan CS
Jl. Raden Saleh
Jakarta Pusat
love it...hehehe...ayo maem lagi kesana rame2..
ReplyDeleteClifford, yuks! Sudah lama juga nih gak ngunjungi. :D
ReplyDeleteWah,menarik sekali baru dilihat dari gambar nya apalagi kalo nyobain Enaknyaa...!! :)
ReplyDelete