Jujur saya bukan tipe orang yang suka meracik masakannya sendiri ketika saya sedang mengunjungi sebuah tempat makan. Saya selalu merasa kalau itu adalah tugas dari sang juru masak dan menyerahkan tugas itu kepada pengunjungnya adalah kejahatan tersendiri.
Sebenarnya bukan karena suka atau tidak suka, tapi lebih tepatnya saya tidak rela disalahkan karena kekurang pengalaman saya dalam menambahkan bumbu membuat sebuah masakan menjadi kurang enak untuk dinikmati.
Sore itu, saya diserang oleh virus yang menyebabkan saya flu berat. Dengan hidung yang tersumbat, saya memutuskan untuk menikmati sup ikan di Blanco Court Fish. Saya memesan Soup fish with noodles and veggies, yang dihidangkan dalam panci yang bentuknya seperti panci kecil. Walau berasa kecil, tapi ternyata porsi-nya lumayan nendang.
Nah bagian yang bikin saya bingung adalah meracik bumbu-nya. Begitu sup ikan terhidang di tray saya, saya dihadapkan dengan pilihan racikan bumbu yang tidak kurang dari 10 macam. Karena kebingungan mengkombinasikan bumbu, saya memutuskan untuk bertanya.
Sang penyaji di Blanco memberikan masukan kalau umumnya orang akan memakai racikan bumbu bawang yang diblender hingga halus, ditambah bawang goreng dan daun bawang. Biasanya juga mereka akan mengambil beberapa bumbu secara terpisah (termasuk kecap) dan sambal dalam kondisi terpisah juga.
Sup ikan Blanco mungkin bukan sup ikan terenak yang pernah saya icipi (kemungkinan besar karena ketidak-mampuan saya untuk meracik tersebut, HEHEHE), tapi ia mampu melancarkan pernafasan saya, paling tidak untuk malam itu. Saya berkeringatan di tengah indahnya Pluit Village.
Sebenarnya bukan karena suka atau tidak suka, tapi lebih tepatnya saya tidak rela disalahkan karena kekurang pengalaman saya dalam menambahkan bumbu membuat sebuah masakan menjadi kurang enak untuk dinikmati.
Sore itu, saya diserang oleh virus yang menyebabkan saya flu berat. Dengan hidung yang tersumbat, saya memutuskan untuk menikmati sup ikan di Blanco Court Fish. Saya memesan Soup fish with noodles and veggies, yang dihidangkan dalam panci yang bentuknya seperti panci kecil. Walau berasa kecil, tapi ternyata porsi-nya lumayan nendang.
Nah bagian yang bikin saya bingung adalah meracik bumbu-nya. Begitu sup ikan terhidang di tray saya, saya dihadapkan dengan pilihan racikan bumbu yang tidak kurang dari 10 macam. Karena kebingungan mengkombinasikan bumbu, saya memutuskan untuk bertanya.
Sang penyaji di Blanco memberikan masukan kalau umumnya orang akan memakai racikan bumbu bawang yang diblender hingga halus, ditambah bawang goreng dan daun bawang. Biasanya juga mereka akan mengambil beberapa bumbu secara terpisah (termasuk kecap) dan sambal dalam kondisi terpisah juga.
Sup ikan Blanco mungkin bukan sup ikan terenak yang pernah saya icipi (kemungkinan besar karena ketidak-mampuan saya untuk meracik tersebut, HEHEHE), tapi ia mampu melancarkan pernafasan saya, paling tidak untuk malam itu. Saya berkeringatan di tengah indahnya Pluit Village.
Blanco Court Fish Soup
Singapore Food Street Food Court
Pluit Village, Jakarta Utara
No comments:
Post a Comment