Sunday, June 6, 2010

Hiu, Ganja dan Kepiting

(ki-ka/atas-bawah) Ikan hiu gulai, Sambal Ganja, Mie Goreng Kepiting, Ikan Kayu (Keumamah)

Saat pertama kali saya menuliskan post tentang mie Aceh Meuthia, di antara teman-teman saya terbagi menjadi 2 kubu. Kubu yang pertama menyukai mie Aceh Meuthia, namun sebagian teman-teman saya menyarankan saya untuk mengunjungi Seulawah, yang letaknya masih satu jalan raya dengan Meuthia, tetapi masih jauh masuk ke dalam.

Karena letaknya yang lumayan jauh, saya beberapa kali sempat menyerah dan menyarankan tempat makan yang lain (jangan membiarkan alamat dengan nomor 8 menipu, walau katanya nomor 8, tapi rumah di Bendungan Hilir itu acak-kadut, jadi jangan berharap menemukan angka 8 setelah angka 7).

Tapi begitu menemukan papan besar bertuliskan Seulawah, rasanya tidak sia-sia jarak jalan kaki yang saya tempuh itu (iya, ketahuan sekali kalau saya kurang berolah-raga). Saya sudah membayangkan mie goreng Aceh yang terkenal dengan rempah-nya dan biasanya dihidangkan dengan super-panas. Begitu masuk di rumah makan tersebut, saya melihat ada beberapa publikasi cetak yang dibingkai dan dipajang di dinding rumah makan ini.

Selain mie goreng aceh yang menjadi andalan mereka, ternyata ada beberapa masakan lain yang membuat Seulawah dikenal khalayak ramai. Ikan kayu (atau Keumamah) yang masakannya seperti suwiran ikan tongkol yang bentuknya seperti klupasan kulit kayu (HAHAHA), namun rasanya asin dan sedikit manis di ujung setiap kunyahan. Buat saya (turunan dari ibu saya nih), sayur ikan kayu, nasi putih panas dan sambal hijau sudah cukup sebagai menu makan siang.

Menu lain yang membuat alis saya berkenyit adalah gulai ikan hiu. Bentuk masakannya sendiri seperti gulai pada umumnya dengan potongan-potongan ikan. Saya sempat sedikit ragu untuk mencicipi masakan ini, karena beberapa artikel yang saya baca, kalau ikan pemakan ikan biasanya mempunyai tingkat mercury yang tinggi. Namun, saya coba saja satu potong dan rasanya seperti ... ikan, hanya bumbunya sendiri sangat aromatik dan gurih.

Sambal ganja juga sangat menggelitik rasa penasaran saya, yang pendapat saya seperti urap sayur hasil blender. HAHAHA. Sambal ganja (lucunya di Seulawah, tulisan ganja di sini memakai tanda petik) adalah campuran daun-daun (hanya sang juru masak dan Tuhan yang tahu apa isinya), belimbing wuluh, buncis dan udang (atau ikan) yang sudah halus. Beberapa situs masak menuliskan kalau sambal ini menggunakan kakas atau di Aceh dikenal sebagai biji ganja. Alhasil dari acara makan di sini kami berlima, tidak ada yang mabuk atau berhalusinasi.

Dan tentu saja, pesanan wajib adalah mie goreng kepiting! Seperti mie-mie Aceh pada lainnya, bumbu yang diracik dari berbagai rempah sangat berasa (bahkan Seulawah menuliskan kalau bumbu mereka didatangkan khusus dari Aceh). Nah kalau saya ditanya, saya itu termasuk kubu mana dalam hal mie Aceh goreng, saya akan bilang saya kubu dari tempat makan yang satu lagi. HAHAHAHA.

Hoya, catatan lain dari kunjungan saya, warna masakan Aceh itu sangat indah yah. Saya suka warna gulai yang kuning keemasan, warna daun rebus yang hijau, warna sambal yang merah, hijau bahkan putih kecoklat muda (warna sambal ganja Aceh).

RM Khas Aceh Seulawah
Jl. Bendungan Hilir Raya No. 8
Jakarta Pusat
Phone: (021) 5708660

1 comment:

  1. sebenarnya namanya: asam udang (lihat: http://www.eresep.com/3218/7/resep-masakan-Asam-udeung-recipes/ ). Tapi karena orang bodoh emang suka dibodohi ama juru masak aceh, disebut sambal ganja (catatan saya tentang ganja di: urhuckleberry.blogspot.com/2005/12/ganja-sebagai-bumbu.html ). selain asam udang juga dikenal: asam kemiri (belimbing kering or sunti + kemiri bakar). jadi jangan mau dibodohi terus ama orang aceh, asam seharga 3,000 dijual 10,000 gara2 dibilang asam ganja.

    ReplyDelete