Sunday, May 16, 2010

Lesehan Malioboro

Jum'at lalu, sehubungan dengan tugas, saya berangkat ke Yogyakarta dan menginap selama 2 malam di kota yang terkenal dengan gudeg, bakpia, batik dan kaos Dagadu. Sayangnya, karena jadwal bekerja yang gila-gilaan, saya tidak dapat menyempatkan diri untuk mengenal kota yang cantik ini.

Tapi malam terakhir saya di sana, saya menyempatkan diri bersama beberapa teman untuk menelusuri jalan Malioboro dan laksana turis pada umumnya sangat terkesan dengan lesehan-lesehan yang berjejer di hampir separuh jalan Malioboro. Berikut adalah 2 cara pandang terhadap kesan saya di lesehan di jalan yang terkenal ini.

Dengan euphoria turis: Saya menikmati keramaian jalan Malioboro di malam Minggu dengan berada di mana saya semestinya berada (istilahnya: signature venue). Saya dengan lesehan, makan tanpa menggunakan sendok-garpu, tapi dengan jari menjadikan diri saya sebagai bagian dari kota yang indah ini. Musisi jalanan yang terus-menerus mengumandangkan lagu-lagu Kla Project, Chrisye, Ebiet G. Ade sampai Luna Maya menjadikan malam itu seolah-olah tak akan terlupakan dan indah.

Tanpa euphoria turis: Makanan yang saya pesan (pecel lele, tahu goreng, nasi uduk, ikan bawal, gudeg dengan ayam goreng) adalah bencana. Saya mempertanyakan apakah sambal yang menyertai pecel lele saya itu masih layak untuk dikonsumsi. Tahu gorengnya standard banget, bahkan berasa sedikit kurang segar. Nasi uduknya lembek dan dingin, saya berasa mengunyah kentan yang di-eskan. Ayam gorengnya alot, bahkan bebekpun kalah alot.

Mungkin dari jejeran rumah makan lesehan itu ada yang lebih baik, tetapi serius dari beberapa situs hasil google saya untuk referensi tempat makan di kota ini, saya tidak pernah mendapatkan rujukan untuk makan di sini.

Saya tidak kecewa (yah, mungkin sedikit deh) dan saya percaya masih banyak sudut-sudut kota Yogya yang belum saya kunjungi untuk mendapatkan pengalaman kuliner yang WAH! Ada teman yang berbijak dan berkata: untuk mengenal kotanya, kenalin tempat makannya. Saya berharap dalam kesempatan mendatang, saya dapat lebih mengenal kota yang cantik ini.

Yah, tapi kalau anda masih tenggelam dalam euphoria sebagai turis yang ingin merasakan indahnya kota Yogya di malam hari, tak ada salahnya anda berlesehan di salah satu rumah makan ini. Saran saya, cukup pesan minum dan kudapan yang manis.

6 comments:

  1. Koq kerja, di Jogja saat libur lagi?????
    Soal makan di Jogja jangan di Malioboro deh, ujung2nya kita bisa ikut2an deretan orang yg menipu diri sendiri, alias lidah bilang gak enak tp karena orang2 bilang lesehan di Malioboro mengesankan jd terseret arus budaya populer.

    ReplyDelete
  2. Setuju!! bebeknya uaaallloottt...

    ReplyDelete
  3. @for: phuff, makasih ada yang setuju. Kiranya setelah post ini akan di-daftarhitamkan oleh DPRD Yogyakarta. HEHEHE.

    ReplyDelete
  4. Tergantung tempatnya mas....tidak semua lesehan di malioboro seperti itu mas...ada juga kok yang enak....saya tinggal di jogja 5 tahun. Saran saya klo ke jogja kontak dulu temen yang dah tinggal disini (minimal kuliah di jogja). Trus klo gudeg yg enak silahkan cari di daerah wijilan jogja (klo siang) atau Jl. Solo (klo malam) cari yng antriannya banyak...biasanya enak...

    ReplyDelete